Shalat berjamaah, bentuk keromantisan lain antara Abi Assegaf dan putri cantiknya. Syifa bahagia bisa shalat diimami Abinya. Waktu khusus yang sungguh indah. Hanya ada dirinya, Abi Assegaf, dan Allah. Membuat ibadah mereka makin spesial.
Syifa menangis dalam doanya. Ia berharap, saat-saat indah ini tak rusak dengan kehadiran Kamila. Syifa mendoakan kebersamaan dengan Abinya dunia-akhirat.
Usai shalat, mereka kembali ke meja. Makanan dan minuman telah disajikan. Meja di sebelah menarik perhatian Syifa. Dua gadis berpakaian modis duduk sambil berbincang tentang hidup indah. Syifa mengenali mereka. Dulunya, sepasang mahasiswa itu finalis ajang pemilihan putri kampus.
"...Kalo kata dia sih, punya cowok bikin hidup indah. Tapi kata gue enggak." kata gadis pertama.
"Menurut gue, banyak uang yang bikin hidup itu indah."
"Iya sih, bener juga. Mendingan banyak uang. Hidup jadi lebih indah."
Tanpa sadar, Syifa menggenggam erat pisaunya. Abi Assegaf menatapnya lembut, tersenyum penuh arti.
"Aku tidak setuju, Abi." ucapnya pelan.
"Uang memang mempermudah kehidupan, tapi tidak menjamin hidup jadi indah. Menurutku, hidup akan indah jika semua aspek dalam kehidupan kita seimbang."
"Iya, Sayang. Abi juga berpendapat begitu. Tapi, setiap orang boleh punya pemikiran dan nilai kebenaran sendiri, kan?"
** Â Â Â