Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Langit Seputih Mutiara] Es Krim, Wanita Perusak dan Hidup Indah

1 Desember 2018   06:00 Diperbarui: 1 Desember 2018   06:06 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto : Pixabay.com

Shalat berjamaah, bentuk keromantisan lain antara Abi Assegaf dan putri cantiknya. Syifa bahagia bisa shalat diimami Abinya. Waktu khusus yang sungguh indah. Hanya ada dirinya, Abi Assegaf, dan Allah. Membuat ibadah mereka makin spesial.

Syifa menangis dalam doanya. Ia berharap, saat-saat indah ini tak rusak dengan kehadiran Kamila. Syifa mendoakan kebersamaan dengan Abinya dunia-akhirat.

Usai shalat, mereka kembali ke meja. Makanan dan minuman telah disajikan. Meja di sebelah menarik perhatian Syifa. Dua gadis berpakaian modis duduk sambil berbincang tentang hidup indah. Syifa mengenali mereka. Dulunya, sepasang mahasiswa itu finalis ajang pemilihan putri kampus.

"...Kalo kata dia sih, punya cowok bikin hidup indah. Tapi kata gue enggak." kata gadis pertama.

"Menurut gue, banyak uang yang bikin hidup itu indah."

"Iya sih, bener juga. Mendingan banyak uang. Hidup jadi lebih indah."

Tanpa sadar, Syifa menggenggam erat pisaunya. Abi Assegaf menatapnya lembut, tersenyum penuh arti.

"Aku tidak setuju, Abi." ucapnya pelan.

"Uang memang mempermudah kehidupan, tapi tidak menjamin hidup jadi indah. Menurutku, hidup akan indah jika semua aspek dalam kehidupan kita seimbang."

"Iya, Sayang. Abi juga berpendapat begitu. Tapi, setiap orang boleh punya pemikiran dan nilai kebenaran sendiri, kan?"

**     

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun