Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Langit Seputih Mutiara] Awan Hitam di Radio

20 November 2018   06:00 Diperbarui: 20 November 2018   06:24 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wajah-wajah di depannya begitu suram. Semua orang bersedih. Semua orang ketakutan. Abi Assegaf menguatkan hati. Seorang pemimpin harus kuat di tengah kerapuhan bawahannya.

"Baiklah. Biar aku yang siaran." Abi Assegaf akhirnya memutuskan.

Berpasang-pasang mata membelalak. Sebuah kenekatan ataukah inisiatif yang lahir dari kekuatan hati seorang pemimpin? Adica mencengkeram pegangan kursi roda, merasa tak yakin.

"Abi...Abi yakin mau siaran?" tanyanya.

Abi Assegaf mengangguk. Sasmita nampak sangsi. Namun, tak ada gunanya menghalangi.

Hembusan air conditioner menyerbu lengan, kaki, dan tengkuk mereka. Studio luas berkarpet tebal itu memberat digantungi atmosfer kesuraman. Hati-hati Abi Assegaf duduk di kursi siaran. Beberapa penyiar menyebutnya Kursi Panas, sebab di kursi itulah suara mereka dipertanggungjawabkan.

"Abi, bagaimana kalau aku saja? Aku tak tega melihat Abi memaksakan diri..." tawar Adica.

"Tidak usah. Biar Abi saja."

Dering telepon menyela. Pengarah teknik mengangkatnya. Begitu gagang telepon kembali ditutup, satu lagi berita memperjelas dan memberi guncangan.

Detik demi detik berlalu mencekam. Abi Assegaf bersiap di kursi siaran. Adica di sampingnya. Berjaga-jaga dan menemani. Janji harus ditepati. Dalam suka dan duka, Adica akan selalu ada untuk Abi Assegaf.

"Pendengar, dunia penerbangan kembali berduka." Abi Assegaf mulai mewartakan berita dengan suara lembutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun