Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Tulang Rusuk Malaikat] Jika Keluarga Kandungmu Kembali

6 November 2018   06:00 Diperbarui: 6 November 2018   06:16 762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Silvi mengangguk. Perlahan menyusut air mata. Wajahnya berangsur lega. Syukurlah kakaknya tak meninggalkannya sendirian di rumah. Revan membaca Al-Fatihah dengan tartil. Rakaat pertama, ia melagukan ayat ke286 Surah Al-Baqarah. Ayat yang membuat Silvi kembali meneteskan air mata.

Ia teringat kali terakhirnya ke masjid. Waktu itu, Silvi diusir jamaah perempuan berkulit coklat. Silvi dilarang shalat karena ia disangka Non-Muslim. Beberapa jamaah akhwat fanatik meneriakinya kafir. Kulit putih dan mata biru sanggup menerbitkan stereotip. Virus prasangka menyebar di rumah ibadah. Sejak saat itu, Silvi trauma. Ia tak mau lagi ke masjid. Toh wanita memang tidak wajib shalat berjamaah di rumah Allah.

"Yah...kok nangis lagi sih?" tegur Revan usai shalat. Ia merengkuh Silvi ke pelukannya.

"Memangnya aku tidak boleh menangis, Adica?" sanggah Syifa halus. Bulir bening membasahi pipi.

Adica terdiam. Air mata Syifa jatuh karena dirinya. Sebentar lagi ia harus ke rumah sakit. Hari ini jadwal kemoterapi. Berat bagi Syifa tiap kali jadwal itu tiba.

Arlita menengahi. Dia berjanji akan menemani Syifa dan Adica ke rumah sakit. Melihat sikap keibuan istrinya, hati Abi Assegaf terasa hangat. Ya, Allah, bisakah momen manisnya cinta ini tak hanya berlangsung di dunia? Tetapi juga di akhirat?

**     


Sumpah tak ada lagi kesempatanku
Untuk bisa bersamamu
Kini ku tahu
Bagaimana cara ku untuk
Dapat terus denganmu
Bawalah pergi cintaku
Ajak kemana pun kau mau
Jadikan temanmu
Temanmu paling kaucinta
Di sini ku pun begitu
Terus cintaimu di hidupku
Di dalam hatiku
Sampai waktu yang pertemukan kita nanti
Sumpah tak ada lagi kesempatanku
Untuk bisa bersamamu
Kini ku tahu
Bagaimana cara ku untuk
Dapat terus denganmu
Bawalah pergi cintaku
Ajak kemana pun kau mau
Jadikan temanmu
Temanmu paling kaucinta
Di sini ku pun begitu
Terus cintaimu di hidupku
Di dalam hatiku
Sampai waktu yang pertemukan kita nanti
Bawalah pergi cintaku
Ajak kemana pun kau mau
Jadikan temanmuTemanmu paling kaucinta
Di sini ku pun begitu
Terus cintaimu di hidupku
Di dalam hatiku
Sampai waktu yang pertemukan kita nanti (Afgan ft Sheila Majid-Bawalah Cintaku).

Biola Adica menyentuh rasa. Piano Calvin melembutkan hati. Mereka berduet di halaman rumah sakit. Suara bass Calvin yang lembut dan empuk berpadu indah dengan suara barithon Adica. Revan, Silvi, dan Abi Assegaf ikut bernyanyi.

Aksi mereka menuai kekaguman beberapa suster dan pasien rumah sakit. Keasyikan mereka berjalan-jalan di taman rumah sakit terurai. Suara tepuk tangan terdengar tepat ketika lagu usai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun