Lihatlah, lembut dan putihnya hati Assegaf. Ia hadapi fitnah dan kelicikan dengan kelembutan. Dicontohkannya kelembutan dalam dunia kerja. Kasih dan kelembutan, itulah penawar kelicikan politik kantor ala Zaki Assegaf.
** Â Â
Calvin terpesona dengan cerita pria berlesung pipi itu. Luar biasa caranya menghadapi dua karyawan culas.
"Abi hebat..." puji pemuda orientalis itu tulus.
Abi Assegaf tersenyum menawan. "Tolong jangan beri tahu Adica ya."
"Iya, Abi. Abi Assegaf memang ayah yang hebat. Bisa melindungi anak sekaligus menghadapi keculasan karyawan-karyawan itu."
"Ehm...jadi, Abi Assegaf lebih hebat dari Papa, ya?"
Tuan Effendi meletakkan koran paginya. Ia bangkit dari sofa, berjalan ke dekat ranjang putih. Sedikit paksa mendorong minggir Abi Assegaf.
"Papa Effendi dan Abi Assegaf sama-sama orang hebat." jawab Calvin adil.
Sejuk rasanya mendengar seorang anak memuji ayahnya. Ayah yang ideal adalah sosok idola di mata anak. Ia haruslah memotivasi, menginspirasi, dan mengajarkan nilai kebaikan untuk anaknya.
Kecemburuan berdenyut menyakitkan di hati Tuan Effendi. Entah mengapa, ia cemburu sekali pada pria tinggi berjas dark blue di sampingnya ini. Kehadiran Abi Assegaf membuatnya insecured. Dominasinya sebagai sosok ayah yang baik tergeser perlahan. Lihatlah, bahkan kini pesona Zaki Assegaf telah memikat Calvin Wan.