Dear Calvin,
Datang ya, ke pesta ulang tahunku. Spesial, karena pestanya disiapkan sendiri oleh Abi. Biasanya kan Umi...aku undang Revan dan Silvi juga. Semoga kamu cukup sehat untuk bisa datang.
Warm regards,
Asyifa Assegaf
Undangan virtual via e-mail itulah yang membawa Calvin ke depan pintu ballroom hotel malam ini. Walau kondisinya kurang sehat, ia tetap datang demi teman baiknya. Revan dan Silvi menilainya terlalu memaksakan diri.
"Kalau masih sakit, harusnya kamu tak usah datang. Biar kami saja." kata Revan setengah gusar begitu melihat Calvin turun dari mobil.
"Syifa teman baikku, Revan. Aku hargai tiap undangannya." Calvin berkilah.
"Kamu baik sekali, Calvin. Selalu menghargai orang lain." puji Silvi tulus.
Pandangan mereka bertemu. Dua hati berdegup tanpa suara. Diam-diam saling mengagumi. Malam ini, Calvin semakin tampan dalam balutan tuxedo hitam. Little black dress yang dikenakan Silvi senada dengan tuxedonya. Mereka serasi, seolah telah saling berjanji untuk mengenakan pakaian berwarna sama.
Revan, seperti biasa. Tampil dengan jas warna favoritnya: biru. Pemuda blasteran Minahasa-Portugis-Turki itu menyukai warna biru karena sesuai dengan warna matanya.
"Hai. On time ya...as usual."