Dari tempatnya berdiri, Revan menyaksikan semua itu. Sedikit kelegaan menghangati hatinya. Semoga ini yang terbaik. Bila ia harus mengubah arah jalan hidupnya demi kebahagiaan Calvin dan Silvi, mengapa tidak?
Tiga menit berikutnya, Calisa mengakhiri faceTime. Ia berjalan kembali ke dekat Revan. Disambut tepukan halus dari tangan kokoh berbalut jas biru gelap itu.
"Tidak apa-apa...tidak apa-apa. Masih ada aku." hibur Revan.
Calisa membuang muka. "Diamlah. Aku tak butuh dirimu."
"Mungkin sekarang tidak, tapi nanti...? Siapa tahu kau perlu pundak untuk menangis."
** Â Â