"Mudah bagi saya melamarmu di depan Ustadz Saleh. Sebenarnya, saya tak punya niatan menikah. Tapi, kalau saya harus menikah demi kebahagiaan Calvin dan adik saya, pasti akan saya lakukan."
Kegilaan apa ini? Tertangkap kilatan tekad di mata biru Revan. Calisa paham, Revan bukan orang yang mudah disingkirkan. Meski demikian, ia kagum juga pada pria satu ini. Pria yang rela berkorban demi kebahagiaan orang-orang yang dicintai layak diperhitungkan.
"Percayalah, Calisa. Menikah jauh lebih terhormat dari selingkuh."
Setelah berkata begitu, Revan meletakkan kartu namanya di meja dan melangkah pergi. Calisa menatap nanar punggungnya hingga menghilang ditelan pintu kaca. Masih shock dengan pertemuan tak terduga.
Menit-menit berlalu. Otaknya seakan beku, begitu juga hatinya. Impuls menggerakkannya untuk mengambil kartu nama itu, memasukkannya ke dalam tas.
** Â Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI