"Nope...aku punya tujuan yang lebih besar. Berikan aku saham perusahaan retail malaikatmu itu, dan kepemilikan salah satu butikmu."
Yang dihadapinya memang bukan orang sembarangan. Ia brilian, mampu mengambil celah dan kesempatan. Silvi terpaksa mengalah.
"Oh ya, aku juga tak mau merawat anak itu. Kau saja, ok?"
** Â Â Â
Lissa Bakery and Cake Shop cukup ramai malam itu. Calisa berdiri di counter, sabar melayani pembeli. Hari ini waktunya full didedikasikan untuk toko kuenya.
Baru beberapa bulan dibuka, cake shop bernuansa western klasik itu sudah disukai banyak orang. Hasil penjualannya selalu meningkat. Kue-kue buatan Calisa memuaskan selera customer. Kue terlaris di Lissa Bakery and Cake Shop adalah red velvet dan brownies.
Ketika pembeli agak sepi, Calisa mencuri momen. Saatnya video call dengan Calvin. Kecemasan terurai di wajah cantiknya.
"Oh Calvin, are you ok?" bisiknya cemas.
"I'm good." jawab Calvin menenangkan, melempar senyum memesona.
"Tapi kamu masuk rumah sakit, Calvin..."
"Hanya kelelahan. Aku salah perhitungan. Seharusnya tidak memforsir..."