Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Malaikat Berhati Lembut

10 September 2018   06:00 Diperbarui: 10 September 2018   07:03 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendengar itu, Calvin tersentak. Papanya menelepon sang Mama. Untuk apa? Mungkinkah Papa sepemikiran dengannya?

**     

Tanggal sembilan bulan sembilan. Tanggal cantik. Tak secantik langit di atas sana. Hujan dimuntahkan dari langit sejak Subuh. Menakut-nakuti orang untuk beraktivitas di luar rumah. Cuaca tak berpihak di tanggal cantik.

Meski demikian, bukan berarti hujan mematahkan semangat Silvi. Sepupu Revan itu bertekad tetap ke butik walaupun hari begitu dingin. Tak satu pun bisa menghalangi, bahkan hujan.

Langkah Silvi bertambah cepat. Pelan disibakkannya rambut, memperlihatkan kilau kebiruan dari sepasang mata. Mata Silvi dan Revan identik: biru. Teman-teman mereka sangat kagum melihat mata seperti itu. Kata mereka, mata Silvi dan Revan sangat indah. Unik dan berbeda.

Di depan butik, Silvi menangkap kilasan sebuah Alphard hitam. Oh tidak, ia mengenali mobil itu. Kini, gadis bergaun biru pucat itu berlari menembus derasnya hujan. Tujuannya satu: tiba secepatnya di dalam Sil & Rev Boutique.

Nampaknya, Allah lebih berpihak pada pemilik Alphard hitam itu. Lihat saja. Silvi dibuat terjatuh beberapa meter dari pintu masuk.

"Silvi, are you ok?"

Sebuah suara bass memanggilnya lembut. Disusul kedua lengan melingkari lehernya hangat. Jas hitam diselimutkan ke tubuhnya yang membeku kedinginan.

"Harusnya aku yang tanya itu padamu," kata Silvi tajam.

Tanpa kata, Calvin memapah Silvi ke dalam butik. Lembut mendudukkannya di sofa. Tingkah gallantnya ini sempurna membuat para pegawai butik iri. Hoca Calvin dan Silvi Hanim memang serasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun