Cepat-cepat Calvin bangkit, resah mengecek arloji. Angel menatapnya bingung.
"Angel Sayang, boleh nggak Daddy pinjam kamar Angel? Daddy mau berdoa sebentar..."
"Boleh dong, apa sih yang nggak buat Daddy?"
"Good girl. Wait..."
Calvin mengecup ringan pipi Angel, lalu bergegas mengambil wudhu. Shalat dengan memakai jas, seperti biasa. Angel lekat memperhatikan. Mula-mula Daddynya berdiri menghadap arah tertentu. Bibirnya pelan menggumamkan sesuatu tanpa suara. Kedua tangannya terangkat, seakan membentuk tanda. Lalu Daddy tampannya itu bersedekap, terlihat begitu khusyuk dalam doanya. Sebentar kemudian Daddynya berlutut, bersujud, dan duduk bersimpuh di antara sujudnya.
Benak Angel merekam sempurna. Begitulah cara Daddy Calvin berdoa. Lalu, mengapa Daddy dan Angel berbeda cara berdoanya?
** Â Â
"Selamat pagi, Silvi."
Silvi terbangun dari lelapnya, lalu berteriak. Ada yang mencium pipinya tanpa izin. Tapi wangi Benneton Sport ini, mengapa familiar?
Sesosok tubuh setinggi 180 senti membungkuk di atasnya. Helaian rambut pirang menyentuh dahi Silvi. Ah, tidak salah lagi.
"Revan?" desis Silvi, menyingkap kasar selimutnya.