"Jangan berkata begitu, Adica. Kau pasti akan menikah. Calvin punya alasan untuk melajang hingga akhir hidupnya. Dia sakit..."
"Kalau begitu, aku ingin sakit kanker ginjal seperti dirinya. Agar semua orang mencintaiku...termasuk calon istri kakakku tercinta."
Tubuh Evita gemetar. Dapat ia lihat raut kemarahan di wajah tampan Adica.
"Kau mencintai orang yang salah, Adica. Jangan cintai Minghun sepertiku." bisik Evita.
Kedua tangan Adica terkepal. Buku-buku jarinya memutih.
"Apakah aku tidak boleh mencintai Minghun?"
Evita menggeleng kuat. "Jika wanita hidup yang menikahi mayat pria, wanita itu harus perawan selamanya dan tinggal di keluarga pria."
"Iya, aku sudah tahu. Mamaku memang gila. Padahal di negeri leluhur kami, tradisi seram ini pernah dilarang tahun 1949. Tapi Mama berkeras melakukannya karena terlalu cinta..."
"Stop. Jangan menghakimi Mamamu, Adica. Aku, Mama, dan keluarga besar yang lain tahu apa yang terbaik untuk Calvin."
"Calvin, Calvin, Calvin! Semuanya hanya memikirkan dan mencintai Calvin! Tak ada yang pernah memikirkan perasaanku!" potong Adica marah.
Sejurus kemudian ia membalikkan tubuh, berjalan cepat ke lantai bawah.