Namun kau adalah pemilik hatiku (Calvin Jeremy-Pemilik Hatiku).
Andai saja malaikat tampan bermata sipit itu bisa mendengar nyanyian Evita. Sayangnya, Calvin telah terlelap. Terlelap abadi.
"Aku yakin, di surga sana kau bisa mendengarku..." ujarnya lembut, berjalan kembali ke samping peti mati.
Ia mengusap halus tangan Calvin. Air matanya sudah mengering. Evita menguatkan diri, menjaga agar awan kesedihan di bola matanya tak lagi memecah menjadi hujan.
"Sebentar lagi kita akan menikah, Calvin. Tunggu aku di surga. Aku ingin bersamamu, di dunia dan akhirat." Evita berucap penuh ketulusan.
** Â Â
Pintu kamar terbuka. Pria berkemeja merah melangkah masuk. Tatapannya berubah sendu ketika bertemu pandang dengan Evita.
"Kamu sudah siap? Upacara pernikahannya akan dimulai." tanya pria itu.
"Aku sudah siap, Adica." jawab Evita seraya menundukkan wajah. Tak ingin menyakiti hati calon suaminya, Evita menghindari berlama-lama menatap Adica.
Adica menghela nafas. Bersandar letih ke pintu.
"Kakakku dicintai banyak orang. Mama terlalu sayang padanya. Sampai-sampai membuat prosesi pemakaman seperfect mungkin. Mama tak ingin putra kesayangannya meninggal dalam keadaan lajang. Apakah aku juga akan dicarikan Minghun?"