"Kenapa kamu suka Western food?" tanya Calvin tetiba, mengagetkan Young Lady.
"Memangnya belum jelas ya? Kan itu makanan khas dari tanah air keduaku. Kamu sendiri, suka Chinese food nggak?"
"Suka dong."
"Karena dari negeri leluhurmu, kan?"
"Nope..." Calvin tertawa kecil, tanpa sadar melambaikan garpunya.
"I'm Indonesian. Leluhurku, tanah airku, ya Indonesia."
"Indonesian-Chinese." koreksi Young Lady halus.
"Whateverlah. Berarti kamu Indonesian-Holland ya kalau gitu."
Keduanya tertawa bersama. Satu pria Chinese, satu lagi gadis Barat. Serasi sekali.
"Oh ya, aku mau cerita. Sebelum ke sini, aku ke masjid besar di depan sana itu. Waktu mau shalat, orang-orang menatapku aneh. Trus salah satu jamaah bilang gini 'Mbaknya mualaf ya? Atau Non-Muslim yang lagi belajar shalat?' Aku kagetlah digituin. 'Nggak kok, saya Muslim' jawabku canggung. Yeee jamaahnya malah nggak percaya. Katanya, kulitku terlalu putih dan tampangku nggak cocok buat jadi Muslim."
Mendengar itu, Calvin tersenyum. Berusaha menyabarkan Young Lady cantik.