"Bunda tidak pernah menyakiti Ayah. Caranya saja yang keras. Bunda sayang Ayah, sayang Safira juga. Safira percaya kan sama Ayah?"
"Percaya, Ayah."
"Anak pintar. I love you, Safira Hartman."
"Love you too."
Pria berdarah Tionghoa itu memeluk Safira erat. Safira dan Silvi, dua alasannya untuk terus bertahan dan bersemangat menjalani sisa hidup.
Setengah jam kemudian, Calvin membawa Safira turun ke halaman. Safira dibuat kagum oleh ayahnya. Ternyata Calvin suka menanam bunga. Lily, mawar, aster, bougenville, canna stripped beauty di taman bunga di rumah mewah itu, Calvinlah yang menanamnya. Pagi ini Calvin mengajari Safira menanam dan merawat bunga-bunga. Benar-benar tipikal hot daddy. Pada tanaman saja ia begitu lembut dan penyayang, apa lagi pada manusia-manusia yang dicintainya.
Tangan dingin Calvin mampu menumbuhkan bunga-bunga cantik itu. Taman bunga menjadi surga kecil di rumah mereka. Semua orang mengira, ini berkat kerja keras Silvi. Nyatanya ini karena hasil tangan dingin Calvin.
Pria yang menyukai bunga berhati lembut dan pengertian. Makin besar kekaguman Silvi pada ayahnya.
"Safira pintar...nah, simpan lagi pupuknya ya. Abis ini kita siap-siap pergi, ok? Ayah mau ajak Safira jalan-jalan."
Mata biru Safira berbinar bahagia. Menyimpan kembali pupuknya, ia berlari lebih dulu ke dalam rumah. Tak sabar ingin segera pergi dengan sang ayah.
** Â Â Â