Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

I'tikaf Cinta, Sebuah Penolakan

10 Juni 2018   03:50 Diperbarui: 10 Juni 2018   04:30 979
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam ganjil Ramadan begitu indah. Langit cerah dihiasi bintang. Damai menyelimuti. Rumput, pohon, bebatuan, air, angin, semuanya bertasbih padaNya. Malam ini kian diperindah oleh hadirnya sesosok malaikat tampan bermata sipit.

Kehadirannya memesonakan para jamaah. Suara bassnya yang empuk dan merdu membimbing mereka pada kalimat-kalimat Tauhid yang mendamaikan. Tangannya terulur penuh kasih untuk menyalami siapa pun jamaah yang mendekat dan ingin berinteraksi dengannya. Ia bawakan kedamaian, pencerahan, dan kasih sayang dalam tausyiahnya. Namun, tak semua jamaah suka. Ada pula yang melontarkan tatapan tajam. Menganggap ketua baru organisasi berbasis etnis dan agama itu terlalu muda.

Bukan Calvin Wan namanya kalau tidak bisa sabar. Ia hadapi saja jamaah yang kontra padanya tanpa sedikit pun kemarahan. Mengundang rasa penasaran di hati jamaah pro, sesabar apakah Calvin?

Selesai shalat Tarawih, Calvin membimbing para jamaah berzikir dan berdoa. Melafazkan asma-asma Allah dengan penuh cinta. Blogger dan pengusaha retail itu menundukkan hatinya untuk memuji Rabbnya. Seperti jawabannya pada Revan, ia tak punya doa khusus di malam ganjil Ramadan. Cukup beribadah dan memujiNya saja, itu sudah cukup.

Revan duduk di sampingnya. Khusyuk berzikir dan berdoa. Suite birunya kontras dengan jas hitam Calvin. Tak dapat diingkari, Calvin dan Revan menjadi penghuni masjid yang paling menawan dan menyita perhatian malam ini. Hati Rektor muda dan ketua yayasan pendidikan itu sedih. Biar bagaimanapun, Calvin tetap sahabatnya. Revan peduli kondisi Calvin. Ia sadar, Calvin harus didoakan agar mendapat kesembuhan dan kebahagiaan.

Tanpa Calvin sadari, ada sesosok pria yang separuh darahnya tercampur dengan darah Turki tengah mendoakannya. Mengharapkan kebahagiaan, kesehatan, dan keberhasilannya dalam mencari cinta sejati. Boleh saja Calvin menolak untuk mendoakan dirinya sendiri di malam ganjil. Tapi ia tak bisa melarang orang lain berdoa untuknya.

Ternyata...bukan hanya Revan yang berdoa.

Di barisan saf wanita, gadis setengah bule berabaya Turki menangis sesaat dalam zikirnya. Tasbih mutiara di tangannya bergetar kuat. Air mata mengalir deras membasahi pipi putihnya.

"Malam ini indah sekali...dengan hadirmu." Si gadis terisak, wajahnya setengah tersembunyi di balik air mata.

"Aku ingin tahu bagaimana keadaanmu, Calvin. Apakah kau sudah sembuh? Apakah kau masih menyimpan biola itu? Kautahu, Calvin Sayang? Aku kabur dari calon tunanganku demi bisa melihat dirimu di sini."

Gadis itu terus menangis. Wajah pualamnya didominasi gurat kesedihan. Mata biru-kecoklatannya tertuju ke arah Calvin. Hatinya terus mendaraskan doa untuk pria yang dicintainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun