Sejak awal Ramadan, Dinda mendadak jatuh hati pada milkshake. Walaupun cinta pertamanya di ranah minuman tetaaplah green tea dan Earl Grey. Baginya, milkshake memberikan sensasi tersendiri. Minuman yang menyehatkan dan bergizi pastinya.
"Calvin, kau harus jelaskan padaku. Apa yang terjadi pada dirimu? Pada Christ?" paksa Dinda.
Pria tampan berdarah Tionghoa itu menghela nafas berat. Menatap langit-langit, lalu beralih menatapi wajah cantik di sisinya.
"Christ sakit kanker, Dinda. Sekarang sudah bermetastasis ke tulang."
"Innalillahi wa inna ilaihi raji'un...kenapa kamu tidak cerita?"
"Untuk apa berbagi kesedihan? Hanya kebahagiaan yang boleh dibagi."
Sorot kekuatan terpancar jelas di mata sipit bening itu. Calvin berusaha tegar dan kuat.
"Honestly, aku mengkhawatirkan keadaan Christ. Dan aku khawatir tidak bisa bersamamu." ungkap Calvin tetiba.
Disingkapnya lengan dan bagian bawah suite mahalnya. Di lengan kanannya, nampak banyak sekali bekas memar kebiruan. Sementara di perut Calvin, terdapat bekas jahitan operasi yang sulit tersamarkan.
"Aku sakit, Dinda. Bayangkan bila kita menikah. Infertilitas, itu sudah jelas. Dokter sendiri yang mengatakannya. Aku tidak akan bisa membuatmu bahagia."
"Bagaimana bila aku tak peduli? Aku bisa menerima pernikahan tanpa seks dan keturunan."