Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Diary Malaikat Tampan Bermata Sipit di Mei Kelabu (Bagian Pertama)

12 Mei 2018   06:09 Diperbarui: 12 Mei 2018   08:22 1071
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: forum Laskar Islam

Ranjang empuk ini seketika berubah seperti tumpukan jarum-jarum jahat. Sakit, pedih, menusuk tajam punggungnya. Pria tampan bermata sipit itu terbangun kaget. It's a nightmare. 20 tahun berlalu, namun mimpi buruk itu masih membayanginya.

Perlahan ia bangkit. Tangannya gemetar hebat saat menyentuh kepala tempat tidur. Hatinya seolah tercabik. Sakit ini, pedih ini, luka ini, hadir lagi.

Pintu terayun membuka. Seorang wanita cantik bergaun sutra berwarna burgundi mendekat. Mencium kedua pipinya. Mengusap keningnya yang dibanjiri keringat dingin.

"Kamu sudah bangun, Sayang?" bisik wanita itu lembut. Membelai rambut si pria oriental. Rambut yang makin menipis karena efek samping kemoterapi.

"Ayo kita sarapan. Semua orang sudah menunggumu."

"Siapa yang datang, Dinda?"

Lirih, sangat lirih, pria itu membuka suara. Suara bassnya yang biasanya empuk kini menjadi serak tercekat kesedihan dan kekalutan. Ia menatap sedih mata istri cantiknya.

"Hanya Adica dan Syifa. Mereka ingin bertemu kamu, Calvin." ujar Dinda lembut.

Ingatan Calvin berputar. Terbayang sesosok wanita anggun tapi galak dan keras hati. Wanita yang pernah membentak-bentaknya 20 tahun lalu karena dianggap telah merebut prioritas suaminya. Ah, lagi-lagi 20 tahun lalu. Masih meninggalkan jejak trauma mendalam.

Seakan bisa menyelami kedalaman hati, Dinda mengusap-usap lengannya. Berbisik lembut,

"Tak apa-apa, Calvin. Tak apa-apa...Syifa sudah tidak marah lagi. Dia bahkan ingin bertemu denganmu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun