Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Malaikat Membuka Mata di Sepertiga Malam

10 Mei 2018   05:59 Diperbarui: 10 Mei 2018   06:03 837
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hati Syifa disesaki rindu. Benaknya meneriakkan kesedihan. Bisakah penyakit itu dipindahkan ke tubuhnya saja? Agar Calvin tak perlu merasakan sakit lagi.

Ditatapnya lekat-lekat seraut wajah tampan itu. Walaupun pucat, hal itu tidak mengurangi ketampanannya. Calvin tetap tampan dalam keadaan sakit.

"Kau bukan sekadar suamiku, Calvin. Kau malaikatku. Malaikat yang menyelamatkanku dari kesendirian. Malaikat yang telah banyak menolong orang lain. Malaikat untuk anak-anak terlantar, orang-orang yang terbuang, minoritas, dan untuk para lansia tak terurus di panti itu. Perlukah kuberi tahu mereka jika malaikatku ini sedang sakit? Tapi, kamu pasti takkan mengizinkannya." Syifa mulai bicara, menggenggam erat tangan Calvin.

Tak seperti biasa, tangan Calvin terasa sangat dingin. Dengan mata berkaca-kaca, Syifa meneruskan.

"Kamu hebat. Dalam keadaan sakit, masih bisa mengimami sekelompok Muslim pribumi shalat Maghrib. Walaupun kamu ditolak, ditatap aneh, bahkan dicurigai. Tapi kamu tetap tegar."

Sekilas diliriknya jas hitam yang terlipat rapi di atas nakas. Masih terlihat bercak-bercak darah di sana. Hati Syifa selalu trenyuh tiap kali melihat darah Calvin.

Waktu merambat pelan. Jarum jam berputar-putar, lambat dan menggelisahkan. Di sepertiga malam, Syifa bangkit. Mengambil wudhu. Mengenakan abaya Turki hitamnya. Abaya itu cukup mahal. Hadiah pemberian Calvin sewaktu ia mengajak Syifa traveling ke Turki enam bulan lalu.

Seraya memakai hijabnya, Syifa terkenang Calvin. Begitulah suaminya. Suami paling sempurna, seperti kata teman-teman sosialitanya. Calvin melimpahinya dengan materi, waktu, dan kasih sayang. Blogger dan pengusaha itu setulus hati mencintainya. Mendukung setiap langkahnya, dengan dukungan moril dan materil.

Hijab dan abayanya telah terpasang. Menghadap kiblat, Syifa mengangkat tangannya dalam gerakan takbiratul ihram. Shalat di sepertiga malam. Salah satu waktu terkabulnya doa.

Sama seperti Calvin, Syifa terbiasa shalat dengan gaya Turki dan Timur Tengah. Ia tak pernah terbiasa shalat dengan memakai mukena. Abaya lebih nyaman baginya, sama seperti Calvin yang nyaman mengenakan jas.

Wanita cantik itu bersujud. Sujud yang sangat lama. Dalam sujudnya, Syifa menangis. Memohon pada Allah untuk menyembuhkan malaikat tampan bermata sipitnya. Berharap Allah mengangkat penyakit itu dari tubuhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun