Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Fiksi Selangkangan, Fiksi Religius, dan Pernikahan Tanpa Seks

8 Mei 2018   06:06 Diperbarui: 8 Mei 2018   07:38 1847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah, itu tadi sekilas tentang fiksi selangkangan dan fiksi religius. Lalu, apa kaitannya kedua jenis fiksi populer tersebut dengan potongan adegan cerita "Calvin Wan"? Kaitannya adalah, adegan-adegan di atas tercipta dari ketidakpuasan Young Lady cantik pada fiksi selangkangan dan fiksi religius.

Jujur ya, kalau boleh memilih antara Saman Wisungeni dengan Fahri Abdullah, Young Lady lebih memilih Fahri. Kalau harus memilih antara tokoh Ben di Novel Rnayla dan Ikbal Maulana di Syahadat Cinta, Young Lady lebih pilih Ikbal. Kalau bebas memilih antara Ervin Daniswara di Miss Pesimisnya Alia Zalea dengan Mas Pras di Surga yang Tak Dirindukan, Young Lady pilih Mas Pras suaminya Arini dan Meiros saja. Intinya, Young Lady cantik lebih memilih fiksi religius dari pada fiksi selangkangan.

Tapi...eits, ada tapinya. Bila harus memilih antara Fahri Abdullah dan Calvin Wan, Young Lady cantik akan tetap pilih Calvin Wan. Sesempurna-sempurnanya tokoh Fahri Ayat-Ayat Cinta, masih lebih sempurna tokoh Calvin Wan di Melodi Silvinya Kompasiana. Eits, ini bukan karena mencintai tokoh di karya sendiri. Sama sekali bukan. Namun, ini merupakan cerminan keresahan pada fiksi selangkangan dan fiksi religius.

Actually, kehadiran tokoh Calvin Wan merupakan ketidaksengajaan. Atau ketidaksengajaan yang sebenarnya telah direncanakan Tuhan. Berawal dari seorang pria yang menginspirasi, lalu hadirlah figur Calvin Wan di panggung Kompasiana.

Tokoh Calvin Wan menjadi simbol ketidakpuasan Young Lady pada ideologi fiksi selangkangan dan fiksi religius. Fiksi selangkangan cenderung bebas, vulgar, amoral, membenarkan seks pranikah, menganggap perselingkuhan tidaklah salah, dan ujung-ujungnya tetaplah seks. Sedangkan fiksi religius cenderung patriarkal, memposisikan perempuan sebagai yang lemah, membenarkan poligami, mematikan dan menyakiti tokoh perempuan sementara di sisi lain tokoh lelaki diceritakan begitu sempurna, sehat, dan kuat. Pada akhirnya, tokoh lelakilah yang berbahagia. 

Coba perhatikan. Tokoh Maria Ayat-Ayat Cinta meninggal, Aisha mengizinkan Fahri menikah lagi, Hulya meninggal tertusuk pisau setelah memberikan Fahri seorang anak lelaki, Arini meninggal karena kanker rahim dan mengamanatkan Mas Pras bersama Meiros. Bahagia sekali ya, tokoh lelaki itu. Mereka terbebas dari penyakit, kuat, gagah, kaya, sukses, dan pada akhirnya hidup bahagia dengan istri cantik. Kesimpulannya, fiksi selangkangan terlalu bebas dan fiksi religius terlalu merugikan tokoh wanita.

So, Young Lady tak terima. Tak rela melihat kebebasan seks pranikah, tetapi juga tak puas dengan posisi lemah kaum wanita. Jalan tengahnya, Young Lady membuat style sendiri. Membawa muatan ideologi baru dalam kisah fiksi cantik, yang sejalan dengan perjalanan hidup dan love story Young Lady. Menulis cerita sendiri, cerita cantik yang tidak terikat dengan fiksi selangkangan ataupun fiksi religius.

Ok, Young Lady tak keberatan dengan pemikiran Ayu Utami tentang pernikahan. Setuju, namun tidak sepenuhnya setuju. Orang kebanyakan menikah karena tekanan status dan kultural. Perempuanlah yang biasanya tertekan. Benar, itu benar. Tanpa pernikahan pun, perempuan bisa bahagia. Bahkan lebih sukses dan mandiri. Itu juga benar. Tapi, toh Ayu Utami menikah juga, kan? Walaupun pernikahannya hanya secara agama, tidak dicatatkan secara resmi di negara. Seperti yang ia ungkapkan di website pribadinya.

Inkonsisten, kan? Bukannya menghakimi inkonsistensinya, tetapi tak sepenuhnya setuju dengan alasan seseorang tidak menikah. Benar bahwa menikah kesannya adalah satu-satunya pilihan. Tetapi, layak ditambahkan bahwa alasan lain orang tidak menikah adalah trauma dan perlindungan diri. Seperti Young Lady cantik. Young Lady cantik pernah menuliskan di artikel cantik beberapa minggu lalu, tentang menikah dan selibat. Tak ingin menikah karena semua pria jahat. Yang baik hanya Nabi Muhammad. Alasan tidak menikah untuk melindungi diri dari kesalahan yang sama.

Namun, Young Lady cantik hanya manusia biasa. Keinginan tidak menikah hanya sebatas keinginan. Belum tentu keinginan Young Lady sejalan dengan rencana Tuhan. Betul bahwa jodoh telah ditentukan, tetapi sebenarnya kita bisa memilih siapa jodoh kita bila kita punya kemauan dan kesungguhan untuk mendapatkannya. Bilapun Young Lady kelak menikah, inginnya menikah dengan pria yang tidak biasa. Bukan pria sederhana dan biasa-biasa saja. Bahkan kalau bisa, pria yang beda etnis, beda bangsa, atau beda usia, baik yang jauh maupun dekat. 

Tak mengapa, asalkan non-native...hmmmm, ini harga mati. Sejak kecil, Young Lady terbiasa menghadapi tantangan. Young Lady sudah biasa menaklukkan berbagai kesulitan hidup. Mulai dari perjuangan untuk mendapat pendidikan, berperang menghadapi diskriminasi, mempelajari hal-hal yang sebenarnya mustahil dipelajari perempuan seperti Young Lady, dan perjuangan untuk diakui. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun