Ada yang berbeda dari kebanyakan ruangan direktur lainnya: grand piano. Ya, berdiri anggun grand piano hitam di seberang ruangan. Elegan dan berwibawa. Sangat khas Calvin dan Adica.
"Ya Allah...dia masih mempertahankan piano itu." desah Calvin.
"Pasti dia sering memainkannya jika sudah penat dengan pekerjaannya." timpal Syifa.
Di antara tumpukan dokumen, terselip sebuah buku. Syifa membaca judulnya: To Kill A Mockingbird. Membuka-buka halaman buku. Melihat ujung halaman yang terlipat. Terdapat noda darah di bagian atas. Mata Syifa berkaca-kaca. Buku dalam genggamannya bergetar nyaris jatuh.
Ternyata tumpukan dokumen itu tak hanya berkaitan dengan perusahaan. Di tumpukan terbawah, nampak berlembar-lembar kertas hasil laboratorium. Logo rumah sakit tercetak di atasnya. Hasil medical check upnya selalu buruk. Semakin buruk dari waktu ke waktu, dilihat dari tanggal dan bulannya. Tangis Syifa pecah. Calvin memeluk lembut pundaknya.
"Mengapa Adica tak pernah memberi tahuku? Mengapa aku terlambat mengetahuinya?" Syifa terisak-isak. Perlahan Calvin menggamit lengannya menjauhi meja. Dia memapah Syifa ke kursi di depan grand piano. Bernyanyi dan bermain piano dapat meringankan hati.
Dimana dirimu
Ingatkah padaku
Ku selalu di sini
Meniti bayangan
Kuterimakan keadaanku