"Tapi...ada yang lebih menyukai tarianku. Bahkan menyukai dan menginginkan diriku."
Alis Syifa terangkat. Ia menatap mata suaminya penuh tanya.
"Sejak tadi, aku sudah mendengar derap langkah dan desah napasnya di dekatku."
"Siapa yang kaumaksud? Apakah salah satu gadis Turki itu?"
Adica menggeleng. Menunjuk ke arah pintu. Tak ada apa-apa di sana. Mungkinkah Adica melihat sesuatu yang tidak bisa dilihatnya?
"Dia jatuh cinta padaku, Syifa. Sejak aku sakit, dia telah lama mendambakanku." desah Adica.
"Siapa dia? Siapa?" tanya Syifa mulai panik dan ketakutan.
Bibir pria tampan itu bergetar. Wajahnya sangat pucat. "Izrail..."
Syifa menahan napas. Dia merapatkan tubuh pada Adica, merengkuhnya erat-erat. Ia takut, sangat takut. Adica mulai merasakan keberadaan malaikat maut. Apakah ini suatu pertanda?
Detak jantung Adica cepat dan tak teratur. Ribuan jarum menusuk dada kirinya. Sesak dan menyakitkan. Adica menyandarkan kepalanya ke pundak Syifa.
"Sayang, tidakkah kamu mau ke rumah sakit...?"