Jangan samakan Julia, Calisa, dan Rossie seperti kids zaman now lainnya. Mereka tak pernah didekatkan dengan gadget. Adica dan Syifa memberikan mereka boneka, puzzle, buku, dan seperangkat permainan edukatif lainnya sebagai pengganti. Praktis mereka tidak pernah tertarik bermain game di ponsel pintar, tablet, dan laptop. Tiga anak yang masih polos, tidak terkontaminasi pengaruh gadget.
Bruk!
Bunyi sesuatu terjatuh ke tanah menyadarkan Julia. Ia menurunkan bukunya, terbelalak kaget. Kedua adiknya jatuh. Boneka cantik berwarna soft pink yang mereka perebutkan bergulingan menjauh.
"Papiii!" Rossie berteriak kesakitan sambil menangis. Lupa kalau Papinya berada jauh di Pulau Dewata.
"Dasar cengeng! Gitu aja nangis! Papi udah nggak di sini tauuu!" cetus Calisa, perlahan bangkit dari tanah.
"Terus Papi dimana?"
"Papi ada di Bali, Sayang."
Sebuah suara lembut mengalihkan perhatian mereka. Syifa berjalan dari pintu samping. Lembut mengangkat tubuh mungil Rossie.
"Oh iya, Rossie lupa. Mami, kapan Papi pulang?" tanya Rossie manja.
"Kalo Papi ada waktu, pasti Papi pulang. Sudah ya, jangan menangis lagi. Mami bikin strawberry shortcake buat kamu, Sayang. Masuk yuk."
Berhasil juga Syifa menenangkan Rossie. Dilambaikannya tangan pada Julia dan Calisa. Mengisyaratkan putri kembarnya masuk ke dalam.