"Maaf...maaf, Syifa." lirih Calvin.
Detik berikutnya, Syifa merasakan pelukan Calvin bertambah erat. Ya Allah, kakak super tampannya pasti kesakitan. Bila pelukannya bertambah erat seperti sekarang, itu sebuah pertanda.
Mata Calvin setengah terpejam. Menahan rasa sakit sungguh tak mudah. Refleks ia memeluk Syifa seerat dia bisa. Ia lihat pancaran kecemasan di mata adiknya.
Perlahan Syifa memapah Calvin kembali ke kamarnya. Cuaca buruk ini tak baik untuk kakaknya. Sepasang tangan halus membelai rambut blogger dan pengusaha super tampan itu.
"Aku tidak akan meninggalkan Kakak...sebelum Kakak sembuh, aku tidak akan menikah." ucap Syifa tulus.
"Bagaimana kalau aku tidak sembuh?" tanya Calvin.
"Aku tidak akan menikah." jawab Syifa yakin.
Jawaban dari seorang gadis berpendirian kuat. Ia menjawab begitu bukan lantaran emosi sesaat. Sudah ia pikirkan sematang mungkin.
"Bagaimana kalau aku meninggal?" tanya Calvin lagi, suaranya mengecil lalu menghilang.
"Aku tetap tidak akan menikah. Syifa hanya akan menikah jika Kak Calvin sembuh."
Cinta dan kasih dapat diungkapkan dengan berbagai cara. Seperti itulah Syifa membuktikan cintanya pada Calvin.