Dikecupnya puncak kepala Silvi. Dibelainya rambut panjangnya yang tergerai lurus. Sepasang model cantik dan tampan yang sering terlibat pemotretan bersama, berpelukan erat. Hati mereka terpagut cinta.
"Aku jenuh dengan keadaan rumahku," desis Silvi. Mendekatkan wajah, menikmati ketampanan Calvin dari dekat.
"Kenapa?"
"Pernikahan bodoh itu. Lalu..."
"Lalu?"
Calvin menunggu dengan sabar. Satu tangannya mengelus kepala Silvi.
"Aku menyesal telah menitipkan semuanya untuk diurus perempuan yang katanya saudaraku itu. Aku tidak mempercayainya, Calvin."
"Maksudmu Sarah? Kenapa tak percaya?"
Menghela nafas sejenak, Silvi menjawab. "Mana mungkin aku mempercayakan harta dan urusan bisnis pada perempuan yang akan menikah? As you know, perempuan yang akan menikah menjadi sangat egois."
"Silvi, tidak begitu..."
"Dan lagi," potong Silvi, mengangkat telunjuknya.