Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Spesial] Mata Pengganti, Pembuka Hati, Awan Mendung Menyelimuti Hatinya

9 Februari 2018   05:45 Diperbarui: 9 Februari 2018   05:47 934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dokter setengah baya berwajah baik itu berlari menuju mobil. Pesan dari suster yang diterimanya beberapa menit lalu mengusik perasaan.

"Dokter Rustian, Calvin sakit lagi. Ia sudah dibawa ke paviliunnya. Pasien Anda yang luar biasa itu butuh Anda."

Dalam sekejap, sedan hitam itu melaju pergi. Bukan sekadar pasien istimewa. Calvin Wan, pasien istimewa berhati tegar yang dicintai putri semata wayangnya. Ia telah berjanji pada putrinya untuk berusaha semaksimal mungkin mengobati Calvin.

**     

"Kamu pasti kuat. Saya tahu, ada kekuatan luar biasa di dalam hatimu."

Calvin menatap sendu langit-langit putih. Lagi-lagi hanya warna itu yang ditangkapnya. Sakit di perut bagian bawahnya masih terasa. Seperti ada ribuan jarum menusuk-nusuk tanpa henti.

"Kamu kesakitan? Istighfar dan zikir, Nak. Minta kekuatan pada Allah." kata Dokter Rustian lembut.

Tanpa perlu jawaban, gurat kesakitan di wajah tampannya sudah menjadi penegasan. Begitu pula sorot kesakitan di mata beningnya. Blogger, peragawan, dan pengusaha super tampan itu sedang jatuh, jatuh dalam rasa sakit.

"Saya tahu kamu pasti kesakitan. Tapi saya percaya, kamu kuat menghadapinya."

Bibir Calvin mengatup rapat, disusul tarikan nafas pendek dan cepat. Wajahnya bertambah pias. Paham akan situasinya, Dokter Rustian meraih baskom, bangkit, dan mendekatkannya.

"Muntahkan, Nak..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun