Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Spesial] Mata Pengganti, Pembuka Hati: Berbagi Kasih, Berbagi Cinta

7 Februari 2018   05:14 Diperbarui: 7 Februari 2018   13:42 829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Belum. Baru saja sampai di masjid."

Pria-pria paruh baya bersorban putih berjalan melewati Calvin. Salah satu di antara mereka mendesis kesal karena merasa Calvin berdiri menghalangi jalan. Yang lainnya cuek saja. Berjalan tanpa kata. Perlahan Calvin melangkah mengikuti mereka.

"By the way, sudah lihat jadwal tutorial Seminar Pendidikan Agama Islam? Gila...parah banget. Masa mulainya Hari Rabu jam empat sampai jam enam sore. Bentrok tuh sama jadwal latihan paduan suara. Gimana menurut kamu, Calvin Sayang?"

Lagi-lagi Silvi bicara dengan cepat. Ia ungkapkan kekesalannya. Jadwal semester genap tak bersahabat.

"Menurutku, suka atau tidak, kita harus mengalah. Tutorial itu kan kewajiban. Sementara paduan suara...hmm apa ya? Bukannya aku sudah tak suka lagi di sana, tapi...ada saatnya kita tahu skala prioritas." kata Calvin sabar.

"Iya...mungkin harus mengalah. Mana jadwal kelasnya hari Jumat lagi? Mengganggu ritual berbagi saja." Silvi masih kesal rupanya.

"Tenang...Silvi Sayang. Kan sudah ada jalan tengah. Aku, kamu, dan keluarga kita masih mempertahankan kebiasaan keluarga. Jangan khawatir, ok?"

Bukan mahasiswa biasa, nampaknya frasa itu cocok untuk Calvin dan Silvi. Mereka mahasiswa berprestasi, berasal dari keluarga terpandang, cerdas, dan inspiratif. Berbeda dengan kebanyakan temannya yang lain, Calvin dan Silvi paham arti berbagi. Mereka punya kebiasaan berbagi tiap minggu. Kebiasaan baik yang diturunkan dari keluarga mereka.

Mereka berdua tak pernah turun ke jalan dengan memakai jas almamater. Menonjolkan dari mana asal mereka. Silvi dan Calvin berbagi sendiri, tanpa melibatkan universitas dan teman-teman mereka. Berkegiatan sosial sendirian, itulah yang mereka lakukan.

Dalam hati Calvin bersyukur waktu iqamatnya masih agak lama. Buru-buru ia percepat langkah. Di sisi lain tak tega menyela curahan hati gadis cantiknya yang terlalu picky dan pencemburu itu.

"Calvin, nanti kamu jemput aku, kan? Kamu tahu, sementara ini mobilku dipegang oleh Sarah dan laki-laki sok penting itu. Sampai mereka menikah, mobilku masih dikuasai mereka....hmmmmm. So, hidup tanpa mobil itu tidak enak, Love." rajuk Silvi manja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun