Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Special] Mata Pengganti, Pembuka Hati: Aku Tidak Berbahaya

31 Desember 2017   06:15 Diperbarui: 31 Desember 2017   08:43 1290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

**     

Calvin pria yang tangguh. Silvi mencatat hal itu dalam benaknya. Setangguh apa pun Ccalvin, tetap saja ia pernah rapuh dan tertatih. Lalu saat ia rapuh, siapakah yang akan jadi sandarannya?

Sebulir kristal bening mengambang di pelupuk mata Silvi, membasahi pipinya, pecah, lalu beberapa tetesnya menjatuhi tuts hitam-putih piano. Tangannya gemetar hebat. Tak sanggup lagi ia mainkan instrumen musik itu.

Rasa bersalah menghinggapi hatinya. Merampas bahagia, menaburkan sesal. Silvi sungguh menyesal telah meninggalkan Calvin dengan cara seperti itu. Calvin pastilah tak kalah sedih, marah, dan kalutnya. Mungkin saja Silvi telah menusuk hatinya begitu dalam. Ia tahu, sebenarnya ada sisi rapuh tak kasat mata di sudut hati pria tangguh, tegar, konsisten, dan tampan luar-dalam bernama Calvin Wan.

Semua ini gegara masa lalunya. Kelamnya masa lalu Silvi. Gadis berbahaya yang berani-beraninya menaklukkan hati calon rohaniwan. Mungkin Calvin tak bermaksud menyakiti hati Silvi setelah acara makan malam keluarga itu. Akan tetapi, Silvi masih dibayang-bayangi pedihnya masa lalu. Diduganya, Calvin tak pernah berempati pada dirinya. Apa yang harus ia lakukan untuk membuat Calvin mengerti?

Terdorong kegundahannya, Silvi meraih selembar kertas. Memenuhi lembaran kertas putih itu dengan tulisannya. Perasaannya kian kalut.

"Aku tidak berbahaya."

Di sisi lain, hatinya masih berdenyut sakit lantaran perkataan Calvin tentang dirinya. Apakah salah dekat dengan calon rohaniwan yang hidup selibat? Tak selamanya kecantikan, ketampanan, dan daya pikat menjadi berkah. Ada kalanya menjadi musibah.

Di satu sisi berikutnya, hati Silvi terasa jauh lebih sakit lantaran Calvin seolah mendiamkannya. Diam dan menjauh, berubah seperti semua orang lainnya. Mungkinkah Calvin akan berubah juga seperti yang lainnya? Pedih hati Silvi, pedih sekali. Di saat seperti ini, justru Silvi memerlukan perhatian lebih. Memerlukan support dan kasih yang lebih. Mungkin Calvin tak tahu itu.

Di luar, hujan turun perlahan. Lebat, dingin, suram. Sesuram hati Silvi.

**      

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun