Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mata Pengganti, Pembuka Hati (17)

25 November 2017   05:53 Diperbarui: 25 November 2017   06:07 3238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tak sabar ingin menjalani pemotretan ini denganmu, My Lovely Silvi." ujar Calvin lembut.

"Iya. Calvin Sayang, sebaiknya simpan dulu tabmu itu. Sebentar lagi kita mulai." Silvi mengingatkan.

Calvin tersenyum kecil. Sadar masih tergenggam iPad di tangannya. Ia baru saja menayangkan artikel di media citizen journalism kesayangannya. Sebelum pemotretan, posting dulu. One day one article yes, modeling yes. Tak ingin menulis yang berat-berat, hari ini Calvin cukup menulis artikel tentang "Frugal Inovation". Calvin Wan, model sekaligus blogger super tampan yang sangat produktif.

Sejurus kemudian Calvin menuntun Silvi ke dance floor. Menautkan tangan ke pinggang istrinya, membimbing Silvi dalam gerakan slow dance yang memikat.

Kaki melangkah ke kanan ke kiri, lembut dan memikat gerakan mereka. Bridal dress Silvi dan tuxedo hitam Calvin membuat mereka layaknya sepasang mempelai yang sedang melakukan first dance. Calvin membimbing Silvi dalam gerakan dansa yang sempurna. Menatap wajah wanitanya yang kian memikat. Hatinya begitu dalam jatuh dan mencinta. Ya Allah, sampai kapankah ia bisa bersama Silvi? Apakah waktunya akan segera habis? Bila waktunya telah habis, izinkan sekali saja untuk mencintai wanita cantik ini.

Berdansa dengan Calvin tak memperbaiki suasana hati Silvi. Seminggu berlalu sejak Calvin kembali. Komunikasi terjalin intens, cinta mengalir hangat, kasih sayang dan rindu terwujud dalam hangatnya cinta. Syahrena telah kembali ke rumah. Semuanya seakan telah sempurna. Namun, Silvi tetap merasakan kehampaan. Merasakan hubungannya dengan Calvin mulai hambar.

Hambar? Kata itu bagai anomali. Hambar tentunya berbeda dengan jenuh. Mungkin rasa ini timbul karena Silvi masih memendam kecewa terhadap Calvin. Suami super tampannya itu merahasiakan sesuatu darinya. Tentang darah, rasa sakit, dan pancaran kesakitan. Silvi sama sekali tak tahu apa yang telah menimpa suaminya.

Sementara ini, mereka menari tanpa musik. Calvin mengeratkan pelukannya di pinggang Silvi. Dua tubuh proporsional itu merapat, merapat dalam gerakan slow dance nan memikat. Calvin yang tinggi semampai bersanding dengan Silvi yang cantik dan langsing. Calvin dan Silvi memang pasangan serasi.

"Kamu cantik, Silvi. Cantik dan baik." puji Calvin tulus.

Melangkah beriringan dalam gerakan anggun, Silvi bertatapan dengan suami super tampannya. Sepasang mata biru bertemu sepasang mata sipit. Oriental bertemu Mongoloid-Kaukasoid. Tionghoa bertemu Sunda-Inggris. Ketampanan bertemu kecantikan. Kelembutan bertemu ketulusan. Wangi Blue Seduction Antonio Banderas bertemu wangi Escada The Moon Sparkel. Calvin Wan bertemu Silvi Mauriska.

Hati mereka berdesir. Tetapi, mengapa masih saja terasa hampa bagi Silvi? Seharusnya dia bahagia. Bahagia ini tertutupi dengan perasaan dan persepsi bahwa hubungannya dan Calvin terasa hambar. Bukan karena komunikasi yang terlalu intens, cinta yang mengalir terlalu hangat, tapi karena rasa kecewa yang dipendam. Kecewa atas apa yang telah dilakukan Calvin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun