"Of course. Tugas apa itu?" tanya Calvin.
"Mudah saja. Ini sesuai passionmu. Sebelum memulai terapi ini, aku sudah mencari tahu banyak hal tentangmu. Apa yang kudapat sungguh mengesankan. Calvin Wan yang terkenal, blogger tampan dan konsisten. One day one article setiap hari. So, tugasmu adalah..."
"Dari mana kamu tahu kalau aku ini blogger? Apa dari Addica?" sela Calvin.
"Bukan, bukan dari Adica. Aku tahu sendiri. Aku memantaumu setiap hari, Calvin. Tulisan terbarumu tentang investasi reksa dana, kan?"
Clara tersenyum penuh kemenangan. Kali ini Calvin mempercayainya. Langkah kecil telah berhasil.
"Menulis adalah terapi jiwa. Tugasmu adalah, tulislah semua kenanganmu bersama Angel. Bawa tulisanmu saat konseling sesi kedua minggu depan."
Kedua alis Calvin terangkat. Ia memang terbiasa menulis artikel tiap hari. Nama Calvin Wan justru dikenal karena keberhasilannya one day one article. Tapi ia tak biasa menuliskan kesedihan dan permasalahan pribadinya.
"Haruskah aku mempostingnya juga? Aku tidak ingin kesedihanku di-share ke media," kata Calvin ragu.
"Tidak. Kamu tidak perlu mempostingnya di media citizen journalism itu. Cukup aku yang membacanya. Okey?"
Kelegaan terpancar di wajah tampan Calvin. Setidaknya, tulisannya tentang Angel takkan menjadi jejak digital. Clara saja yang akan membacanya.
"Baiklah aku mau. Terima kasih, Clara. Bercerita membuatku merasa lebih baik."