Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Psikolove, Akhirnya Ku Menemukanmu (2)

4 November 2017   06:05 Diperbarui: 4 November 2017   06:52 1310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Calvin menyerah. Sebenarnya tak tega membiarkan putrinya pergi sendirian. Namun Angel sudah melarangnya. Mungkin ini yang terbaik. Angel bisa belajar mandiri dan bertanggung jawab. Tapi dia masih terlalu kecil, Calvin tidak tega.

"Bye, Ayah. See you."

Dengan kata-kata itu, Angel berlari kecil keluar rumah. Menuruni anak-anak tangga marmer pemisah teras dan halaman. Lincah membuka gerbang utama, lalu bergegas menyusuri kompleks perumahan elite itu. Calvin menatap nanar kepergian Angel. Hatinya masih tak tega. Haruskah ia mengikuti Angel dari belakang? Mengawasinya diam-diam? Tidakkah Angel akan marah bila tahu Ayahnya mengikutinya?

Akhirnya ia memutuskan tetap di rumah. Menunggu Angel pulang. Percaya padanya. Anak kecil berhak mendapat kepercayaan. Dari sanalah mereka belajar bertanggung jawab.

Sabtu pagi yang suram. Mendung tebal menyelimuti langit. Calvin kian resah. Bagaimana bila Angel kehujanan nanti? Bagaimana bila terjadi sesuatu padanya?

Semua ini gegara demam yang datang pada saat yang tidak tepat. Andai saja Calvin tidak sakit di hari ulang tahun kematian Mamanya, mungkin ia bisa mengantar Angel latihan. Tiga hari kemarin, Calvin tidak ke kantor. Hanya beristirahat dan mempersiapkan acara perayaan ulang tahun kematian almarhum Mamanya. Rencananya, acara itu akan berlangsung nanti malam.

Tanggal kematian Mamanya menjadi hari terberat dalam hidup Calvin. Tiap kali tanggal itu tiba, Calvin selalu bersedih. Larut dalam kenangan. Ia menikmati kedukaan di hari kematian sang Mama. Tenggelam dalam kenangan dan kesedihan. Cukup hari itu saja. Di hari lain, Calvin bisa tegar. Namun di hari itu, tanggal 9 Desember, ia selalu saja tenggelam dalam duka.

Angel tahu itu. Dekat dengan Calvin membuat Angel sangat memahaminya. Angel pun sadar, tanggal kematian Grandmanya sama dengan hari ulang tahun Ayahnya. Ironis sekali.

Setiap tahun, Angel selalu tahu apa yang harus ia lakukan untuk menghibur Ayahnya. Menemaninya, memeluknya, membiarkan saja sang ayah menumpahkan kesedihan. Angel takkan menyela, menahan, melarang, atau mencegah. Cukup menjadi pendengar dan tempat bersandar. Kesedihan bukanlah sesuatu yang bisa dilarang. Ada kalanya seseorang harus menghadapi kesedihan. Tanpa menghargai kesedihan, bagaimana mungkin bisa menghargai kebahagiaan?

Bayangkan. Anak sekecil itu sudah berpikiran bijak dan dewasa. Angel menjadi dewasa karena keadaan. Hidup hanya bersama ayah, anak hasil single parent adoption, dan kenyataan bahwa Ayahnya mengalami pukulan berat, membuat Angel lebih pengertian dibanding anak-anak seusianya. Tak hanya pada Calvin ia bersikap sangat pengertian. Ia pun sangat mengerti keadaan teman-temannya. Sabar, penyayang, lembut, dan penuh perhatian. Itulah Angel Nurafifah Calvin.

Mengalihkan diri dari lamanya penantian, Calvin membuka kado dari Angel. Tadi pagi seusai shalat Subuh Angel memberikannya. Disertai ucapan selamat ulang tahun dan kecupan hangat. Jelas Angel sendiri yang membungkus kadonya. Kado cantik berpita itu ia buka. Ternyata isinya kotak musik. Begitu dibuka, terdengar irama Fur Elise. Calvin tak bisa menahan senyum. Angel selalu ingat kesukaan Ayahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun