"Hmm...bagaimana ya? Kakakmu itu seram, Adica. Aku selalu curiga padanya."
"Dia tidak seram, Clara. Justru dia sangat tampan. Lebih tampan dariku. Kamu anggap dia seram karena kamu terus-menerus berpikiran negatif tentangnya."
Tanpa sadar, Clara mengangguk. Mengakui kebenaran ucapan Adica. Ya, sebenarnya Calvin amat tampan. Hanya saja, hati Clara tertutup untuk mengakuinya.
"So, maukah kamu bantu dia?"
"Okey. I'll try. Demi kamu, demi Om Erlambang, demi perusahaan kalian."
"Yes. Thanks a lot, Honey."
Senyuman terpaksa dilempar Clara. Mau tak mau ia harus berurusan lagi dengan Calvin.
Clara Carolina, gadis pujaan hati Adica Wirawan. Sama seperti Adica dan Calvin, ia berdarah keturunan. Cantik, pintar, dan berbakat. Bila Calvin mantan penyanyi, Clara dulunya merupakan model terkenal. Kini ia aktif sebagai psikolog dan pemilik perusahaan perikalanan. Beberapa minggu lalu, Clara mendapat tawaran menjadi host sebuah talk show psikologi dari stasiun televisi swasta ternama di Indonesia. Entah lara akan mengambilnya atau tidak.
Kalau diingat-ingat lagi, unik juga cara perkenalan Clara dan Adica. Berawal dari acara gathering para blogger yang diadakan media jurnalisme warga itu. Adica datang ke acara itu. Meski bukan blogger, Clara hadir pula. Ia menemani adiknya. Di acara itulah Adica dan Clara berkenalan. Dimulai dari perkenalan tak terduga, pendekatan, lalu berakhir happy ending. Adica Wirawan resmi menjadi kekasih Clara Carolina. Pembawaan angkuh, sinis, sekaligus menawan Clara sukses merebut hati Adica. Dia penasaran, lalu mencoba mendekati Clara. Bertekuk lututlah si gadis Chinese penyuka apel dan mawar putih itu. Semua orang tahu, betapa sulit meluluhkan hati Clara.
Lalu, mengapa gadis Aries kelahiran 16 April itu begitu tidak menyukai Calvin? Berawal dari persaingan di sekolah elite mereka dulu. Waktu itu, Calvin dan Clara menjadi kandidat Ketua OSIS. Kompetisi yang berujung pada permusuhan dan ketidaksukaan. Namun hanya sepihak. Calvin tak pernah membenci Clara. Sebaliknya, Claralah yang membenci Calvin. Namun semuanya sudah lama berlalu.
Kini situasi berubah. Benci harus dibalikkan menjadi cinta. Jika Clara terus-terusan membenci Calvin, bagaimana dia akan menolongnya? Mampukah Clara menyembuhkan Calvin?