Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Side Story] Haruskah Takut Pada Cinta?

11 Oktober 2017   06:20 Diperbarui: 11 Oktober 2017   08:22 1006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seketika Julia merasa dirinya begitu jahat. Beraninya dia membanding-bandingkan Calvin dan Albert. Namun Julia melakukan itu bukannya tanpa alasan.

Di rumah, ia tak menemukan role model yang tepat untuk tipe pria ideal. Papanya, Haji Wildan, bukanlah pria ideal. Tidak tampan, tidak dapat dibanggakan, dan tidak bisa diandalkan. Papanya hanya sebatas pelengkap dalam keluarga. Boneka yang dengan mudah dikendalikan Mamanya, Hajah Atika.

Haji Wildan adalah satu-satunya pria di keluarga itu. Namun dia pulalah satu-satunya anggota keluarga yang paling tidak membanggakan. Di rumah Julia, wanitalah yang berkuasa. Papanya sudah kehilangan wibawa sebagai kepala rumah tangga. Mamanya punya power dan kekuasaan jauh lebih besar. Bahkan, kasarnya jika Mamanya ingin menceraikan dan mengusir Papa, maka bisa dilakukan sekarang juga.

Haji Wildan dikenal egois dan selalu mementingkan dirinya sendiri. Mungkin lantaran terbiasa hidup sendiri dan kekurangan kasih sayang di masa kecilnya. Belasan tahun terperangkap dalam tembok tebal sebuah lembaga, menjalani pendidikan berasrama yang kaku, membuat Haji Wildan menjadi kepala keluarga yang pasif serta tidak punya inisiatif. Papanya tidak bisa diandalkan sama sekali. Menyetir mobil pun tidak bisa. Sampai akhirnya mobil pribadinya direbut putri pertama serta putri kedua. Sebagai putri ketiga, Julia tak berdaya. Ia hanyalah anak bungsu yang kesepian dan tak layak didengarkan. Pada siapa pun, Julia mengaku tak punya kakak. Pasalnya Julia tak pernah menganggap mereka sebagai kakaknya. Julia hidup layaknya anak tunggal. Cukup tinggal bertiga saja dengan Haji Wildan dan Hajah Atika.

Julia yang berkulit putih, bermata biru, memiliki hidung layaknya pribumi, dan berpostur tubuh seperti gadis Indonesia, masih merasa bersyukur. Di antara saudara-saudaranya, Julialah yang paling cantik. Mungkin ini semacam kompensasi. Sebagian penglihatannya hilang, namun ia dikaruniai paras yang lebih rupawan. Julia paling berbeda dibandingkan kedua saudara kandungnya.

Sebab itulah Julia mencari cinta pria baik-baik di luar rumah. Jangan harap di rumah ia mendapatkannya. Haji Wildan tak pernah mencintainya. Bahkan tahun lalu Haji Wildan pernah membuang sebagian buku-buku Braille milik Julia. Tak terlukiskan kemarahan Hajah Atika saat itu. Penyakit Diabetes yang pernah menggerogoti hidup Haji Wildan sekali pun tak membuatnya bertobat. Intinya, Julia tak punya keterikatan emosi sedikit pun dengan satu-satunya lelaki di rumahnya.

Perlahan Julia bangkit. Ia harus ke rumah sakit. Ia ingin selalu ada untuk Calvin. Calvin Wan, yang ada di hatinya selain Arif Albert. Rasa cintanya pada Calvin takkan mengikis rasa cintanya pada Albert.

**      

Pertama bertemu ku suka padamu

Begitu juga denganmu

Sayangnya cinta kita tak mungkin bersatu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun