Kenyataan yang ada tak cukup sanggup menghapuskan cinta
Meski kita berbeda namun rasa ini kan terus ada
Biarlah rintangan menghadang
Pastikan kita seirama
Mengenang kisah kita berdua
Julia menyelesaikan lagunya. Tersenyum muram, sejenak mengistirahatkan jemarinya di atas tuts piano. Buliran bening terjatuh membasahi pipinya. Ingatan tentang cinta pertamanya melintas tanpa henti.
"Arif Albert...my prince charming...kau yang mengerti diriku luar-dalam." bisik Julia.
Jebakan akan nostalgia masih memerangkap hati Julia. Wanita Sunda-Jawa-Belanda itu terpaksa harus berpisah dengan cinta pertamanya lantaran desakan perbedaan. Mereka menyerah kalah oleh perbedaan dan hutang budi. Begitu kuat ikatan hutang budi hingga memaksa seseorang berpisah dengan cintanya. Sekuat apakah hutang budi, Julia tak tahu itu. Ia belum pernah merasakannya.
Keluarganya memang pernah jatuh. Namun mereka bangkit dengan kekuatan sendiri. Tanpa perlu berhutang budi pada pihak tertentu. Sejak kecil hingga dewasa, Julia diajari untuk tidak terlalu bergantung pada bantuan orang lain. Bahkan jangan sampai membebani orang lain yang kelak berujung pada hutang budi. Julia mempraktikkan ajaran itu dalam hidupnya.
Sayangnya, mungkin Albert dan keluarganya tidak pernah mendapat ajaran semacam itu. Bukankah kondisi tiap keluarga berbeda-beda?
Sisi lain hati Julia masih merasa tak rela. Ia tidak menyukai cara perpisahannya dengan Albert. Masih ada secercah harapan untuk kembali menyatukan cinta seperti dulu.