Calvin membuktikan ucapannya. Sebuah lagu ia bawakan. Sukses membuat perasaan Calisa makin tenang.
"Tiada tangis sendu...hanya bahagia selamanya." Dengarlah, bahkan Calisa ikut bernyanyi.
"Jatuh hati padamu...hanyalah padamu." Calvin melanjutkan. Tetap berkonsentrasi dengan pianonya. Lalu, keduanya menyanyikan refrein berikutnya bersama.
"Semua yang kurasakan kini kan kuungkapkan, meski cinta tak selamanya indah. Ku kan selalu ada untukmu..."
Keduanya bertatapan. Hati mereka berebut bicara. Jauh lebih akurat dari lirik-lirik lagu yang mereka nyanyikan. Ada Untukmu dari Calvin Jeremy seakan menjadi penguat pernyataan yang ingin mereka sampaikan.
Ketenangan menghangati hati Calisa. Kedua kalinya, Calvin dan Calisa berpelukan. Menyalurkan rasa yang tersembunyi secara non-verbal.
"Tenanglah, Calisa. Anggap itu sebagai karunia." kata Calvin lembut.
"Sudah kuanggap begitu."
"Good, my little sister."
Refleks pelukan Calisa terlepas. Ia tersenyum simpul, mulai menyadari sesuatu. Calisa Amandira gadis yang perfeksionis. Ia akan memperhatikan apa pun sampai detail terkecil. Tak sadarkah Calvin bila dirinya baru saja salah sebut panggilan sayang?
** Â Â