Benarkah ini semua? Apakah surat ini menjadi awal harapan baru? Wahyu berdiri di depannya, tersenyum.
"Aku bisa mendonorkan hati untukmu. Akan kulakukan, Calvin. Secepatnya kamu akan menerima hati dariku." Wahyu berujar meyakinkan.
"That's great..." Tuan Calvin hanya bisa mengatakan itu. Menggenggam hasil tes kecocokan hati erat. Benarkah dirinya akan sembuh? Akan terbebas selamanya dari sel kanker mematikan itu?
"Kamu pasti sembuh. So, tetap jaga kesehatan. Jangan putus asa lagi. Soal artikel yang terhapus itu..." Wahyu berhenti sejenak sebelum melanjutkan.
"Kalau aku jadi editornya, aku tidak akan menghapusnya. Aku akan mengistimewakanmu. Karena kamu setia dan konsisten. Tunjukkan pada mereka kalau kamu bisa. Buktikan kalau penyakit kanker tidak menghalangimu untuk one day one article."
Ada semangat baru, ada harapan baru. Tuan Calvin berjanji pada dirinya sendiri untuk tetap setia. Tetap setia berkontribusi di media citizen journalism kesayangan mereka semua, setia berbuat kebaikan, dan setia mencintai orang-orang terdekatnya.
"Wahyu, thanks a lot." kata Tuan Calvin tulus.
"You're wellcome."
** Â Â Â
Kesepuluh jarinya bergerak di atas tuts piano. Clara ada di pangkuannya. Tersenyum manis. Reinhart dan Wahyu di kanan-kirinya. Wajah Nyonya Calisa merona bahagia. Terlihat jelas dari layar smartphone di depannya. Kabar terbaru sungguh membahagiakan.
Tuhan bolehkah ku meminta