"Aku pilih home care saja."
"Jangan, Calvin. Tetaplah jalani perawatan di sini. Bersabarlah sedikit lagi, kamu pasti akan sembuh. Aku akan segera melakukan tes kecocokan hati."
Tes kecocokan hati? Transplantasi hati? Masihkah ada gunanya?
Tuan Calvin berada di puncak kesedihan dan frustasi. Penyakitnya tak juga menemukan titik kesembuhan. Kanker hati telah menghancurkan separuh hidupnya. Menghilangkan kesempatannya untuk melanjutkan keturunan, menghambat fungsi sebagian besar organ tubuhnya, dan menghalanginya berbuat kebaikan. Seketika ia teringat Nyonya Calisa. Gegara masuk rumah sakit, Tuan Calvin tak bisa mengecek ke lokasi. Ia sudah mengecewakan Nyonya Calisa.
"Aku sudah mengecewakan Calisa..." Tuan Calvin berbisik, kesedihan menyelimuti hatinya.
"Seharusnya aku bisa mengecek ke lokasi. Hanya 30 kilometer dari sini, apa artinya jarak yang jauh demi menolong orang lain? Aku gagal membantu ayah dan anak yang tidak berdaya itu."
Sungguh, Tuan Calvin merasa bersalah. Ia merasa dirinya tak berguna.
"Kamu sudah membantu, Calvin. Lihat ini." Seraya berkata begitu, Wahyu menunjukkan tabnya.
"Tulisanmu di media citizen journalism dibaca ribuan orang. Bahkan masuk jajaran nilai tertinggi dan terpopuler. Come on, Calvin Wan. Kamu sudah banyak membantu."
Ditatapinya layar tab itu setengah tak percaya. Benarkah begitu? Ia harus membuktikan satu hal.
Berharap Nyonya Calisa sudah selesai dengan ritual ibadah dan doa, Tuan Calvin menghubunginya. Video call seperti biasa. Sesuai harapan, Nyonya Calisa langsung menerimanya.