Wahyu mengiyakan saja. Duduk di sisi Tuan Calvin. Ia baru saja mengantar Reinhart ke sekolah. Mengambil kembali tanggung jawabnya.
Ia tersadar. Wajah Tuan Calvin sangat pucat. Tapi ia begitu berkonsentrasi menulis artikelnya. Bertekad menyelesaikannya secepat mungkin, lalu membantu pemulung dan dua anaknya itu.
"Calvin, kamu sakit?" tanya Wahyu cemas.
"Tidak. Aku sehat." Tuan Calvin berkilah. Mempercepat gerakan tangannya. Tinggal dua paragraf lagi.
"Hentikan kalau kamu merasa sakit, Calvin. Jangan dipaksakan."
Wahyu benar. Kondisi Tuan Calvin drop pagi ini. Namun ia memaksakan diri untuk menulis. Sudah sering terjadi. Calvin Wan, blogger yang produktif karena program one day one article, harus membayar mahal konsistensinya dengan rasa sakit. Kondisi kesehatannya sering kali drop.
Artikel itu selesai. Tuan Calvin mempostingnya. Kini saatnya mengecek ke lokasi.
"Nah, selesai. Aku bisa, kan? Kamu tidak perlu khawatir." Tuan Calvin menatap Wahyu, tersenyum puas.
"Kamu kuat...kamu hebat." Wahyu melempar pujian.
Benarkah Tuan Calvin sekuat itu? Nyatanya, ia merasakan sakit sedetik kemudian. Bukan hanya perutnya, sakit itu juga menyerang bagian dadanya. Apa yang dikhawatirkan Wahyu terjadi.
"Calvin, kita ke rumah sakit ya?" Wahyu berujar cemas. Meraih kunci mobilnya. Memapah Tuan Calvin meninggalkan ruang kerja.