Saturday, 19 August
Diaryku sayang, coba tebak apa yang terjadi hari ini? Calvin datang padaku di saat aku sakit. Oh my God...aku tak menyangka, diary.
"Kamu sakit apa, Calisa?"
Itu pertanyaan pertama yang dilontarkannya padaku. Kujelaskan semuanya.
"Oh...berat juga ya." Begitulah reaksi pertamanya.
Tapi kukatakan pada Calvin kalau sakit ini tidak berat. Aku membawa rileks penyakitku. Kuanggap penyakit ini tidak berat.
Calvin bertanya banyak hal. Tentang prognosis, pengobatan, dan tingkat keparahan. Ia juga bertanya soal operasi. Kutegaskan aku menghindari operasi. Cukup sekali aku masuk kamar operasi waktu itu. Operasi yang memusnahkan harapanku untuk menjadi wanita sempurna. Iya diary, aku sadar bila diriku tidak beruntung dalam hal itu.
Diary, Calvin menyarankanku untuk menceritakannya pada Mama dan Papa. Aku mendengarkan apa kata Calvin. Kuturuti sarannya. Jarang ya, aku menuruti saran orang lain. Biasanya aku lebih percaya pada kata hatiku sendiri.
Perhatian Calvin menguatkanku. Sejenak aku bisa melupakan rasa sakit. Aku tak perlu cemas dengan sensasi rasa sakit dan tindakan medis yang akan kujalani. Calvin membuatku tenang.
Dia sahabat masa kecilku yang terbaik. I love you, Calvin. Terima kasih kamu selalu ada untukku. Aku malu mengatakannya secara eksplisit, diary. Maukah kamu menyampaikannya pada Calvin?
Calvin selalu ada untukku. Aku pun ingin selalu ada untuknya. Aku paling tidak bisa jika tidak berbuat baik. Entah kenapa, diary. Tapi memang begitulah yang kurasakan.