Sabtu pagi yang cerah. Pertanda bagus. Wanita cantik berambut panjang itu menghabiskan akhir pekan di cafenya. Ingin mencari suasana baru. Memantau cara kerja karyawan-karyawannya.
"Alhamdulillah..." ucapnya, tersenyum mendengarkan laporan salah satu pegawainya terkait omset yang terus meningkat.
"Calvin benar. Sedekah tidak membuat harta berkurang. Harta justru bertambah."
Saat menyebut nama pria yang dicintainya, wajah si wanita merona bahagia. Ia selalu bahagia tiap kali mengingat Calvin Wan.
"Calisaaaa...!"
Sebuah suara sopran memanggil namanya. Diikuti derap langkah sepatu. Tiga detik berselang, seorang wanita berpostur mungil dan berkulit putih memeluknya erat. Cium pipi kanan, cium pipi kiri. Saling menyerukan rindu.
"Miss you, Calisa. Long time no see." kata wanita berpostur mungil itu.
"Mee too, Anastasia. Kamu jarang datang ke sini lagi. Pasti sibuk ya? Ngisi seminar dimana-mana, kebanjiran permintaan konsultasi terus."
"Yah begitulah. Btw, gimana kabar Calvin? Aku kangen...udah lama nggak ketemu mantan leader grup musik Sound of Sky. Pasti dia makin ganteng ya? Makin cool ya? Oh, atau makin charming?"
Anastasia Anindita. Salah satu personel grup musik Sound of Sky. Grup musik beranggotakan anak-anak muda cantik, tampan, dan multitallent yang dipimpin Tuan Calvin bertahun-tahun lalu. Wanita berdarah Jawa-Minahasa-Belanda itu dikenal ekspresif, banyak bicara, dan periang. Tentunya ia banyak bicara dalam arti positif.
"Calvin? Dia fine-fine aja kok. Makin charming sih iya. Makin ganteng apa lagi." Nyonya Calisa menyahut, tersenyum penuh arti.
"Ah Calisa, kamu beruntung banget. Sorry ya, dulu aku sempat naksir Calvin."
"Nope..."
Dua wanita cantik itu beranjak ke meja nomor 9. Melanjutkan perbincangan hangat. Memesan makanan favorit mereka. Baik Nyonya Calisa maupun Anastasia punya kesamaan: berdarah Indo.
"Dimana Calvin? Nggak ikut ke sini ya?" Anastasia mengedarkan pandang ke sekeliling. Amat berharap bisa bertemu sahabatnya itu.
"Dia pergi ke villa dengan Clara. Mau ketemu Mama Lola katanya." jelas Nyonya Calisa.
Mata bening Anastasia membulat tak percaya. "Tante Lola balik ke Indonesia? Kapan?"
"Beberapa minggu lalu. Mulai sekarang, Mama Lola tinggal di Indonesia. Mau menghabiskan waktunya untuk Calvin."
"Wow..."
Pembicaraan tentang Tuan Calvin menghanyutkan hati Nyonya Calisa dalam lautan rindu. Baru beberapa jam berpisah, ia telah merindukan Tuan Calvin. Tak sabar ingin segera bertemu lagi dengan belahan jiwanya. Masih terekam di benaknya kata-kata terakhir Tuan Calvin sebelum pergi.
"Aku tidak akan pergi terlalu lama. Tunggu aku ya? Karena pergi untuk kembali. Dan kembali setelah dinanti. Kamu tahu itu kan, Calisa Sayang?"
Setelahnya, Tuan Calvin memeluk Nyonya Calisa. Mencium keningnya seperti biasa, lantas pergi bersama Clara.
Kini Nyonya Calisa menanti Tuan Calvin kembali. Ekspektasinya simple saja: Tuan Calvin kembali dengan selamat bersama Clara. Tapi, akankah semua terjadi sesuai harapan?
** Â Â Â
Walaupun langit pada malam itu
Bermandikan cahaya bintang
Bulan pun bersinar
Betapa indahnya
Walau menambah kepedihan
Ku akan pergi meninggalkan dirimu
Menyusuri liku hidupku
Janganlah kau bimbang
Dan janganlah kau ragu
Berikanlah senyum padaku
Selamat tinggal kasih
Sampai kita jumpa lagi
Aku pergi takkan lama
Hanya sekejap saja ku akan kembali lagi
Asalkan engkau tetap menanti
Ku akan pergi meninggalkan dirimu
Menyusuri liku hidupku
Janganlah kau bimbang
Dan janganlah kau ragu
Berikanlah senyuman padaku
Selamat tinggal kasih
Sampai kita jumpa lagi
Aku pergi takkan lama
Hanya sekejap saja ku akan kembali lagi
Asalkan engkau tetap menanti
Aku pergi takkan lama
Asalkan engkau tetap menanti
Asalkan engkau tetap menanti (Ello-Pergi Untuk Kembali).
Like mother like son. Nampaknya ungkapan ini tepat untuk Tuan Calvin dan Nyonya Lola. Ibu dan anak itu sama-sama pintar menyanyi dan memainkan piano. Tuan Calvin mewarisi bakat bernyanyi dan bermain musik dari Nyonya Lola.
Lagu itu, Pergi untuk Kembali, merupakan salah satu lagu favorit Nyonya Lola. Sejak Tuan Calvin masih kecil, ia sering menyanyikannya. Terutama saat akan pergi meninggalkan Tuan Calvin dalam waktu lama. Misalnya pergi untuk urusan pekerjaan ke luar kota atau ke luar negeri.
Tak heran bila Nyonya Lola sangat bangga pada Tuan Calvin. Berbeda dengan ketiga kakaknya yang sama sekali tak bisa bernyanyi, Tuan Calvin justru sebaliknya. Suaranya bagus. Ditambah lagi permainan pianonya yang sempurna.
Cukup sering Nyonya Lola menyanyikan lagu itu bersama putra kesayangannya. Mereka tak pernah bosan menyanyikannya. Konsisten, begitulah Tuan Calvin dan Nyonya Lola. Termasuk konsisten dalam menyukai sesuatu.
"Jangan biarkan istrimu terlalu lama menanti," Nyonya Lola tersenyum simpul.
"Calisa akan mengerti, Ma. Lagi pula, aku kasihan melihat Mama tinggal sendirian di sini." Tuan Calvin berujar penuh perhatian.
"Mama baik-baik saja, Sayang. Toh Mama masih bisa mengunjungimu setiap hari. Membantumu dan Calisa membesarkan Clara. Iya kan, Clara?" Nyonya Lola meraih tubuh Clara ke pangkuannya.
"Iya, Grandma Lola."
Tuan Calvin menatap lekat wajah Mamanya. Nyonya Lola tak banyak berubah. Tetap cantik, anggun, keibuan, dan penuh kasih sayang. Usia yang bertambah tidak memudarkan kecantikannya. Banyaknya cobaan hidup tak meredupkan aura pesonanya. Soal paras rupawan ini pun diwarisi Tuan Calvin dari Nyonya Lola.
"Tumben kamu tidak one day one article. Kenapa, Sayang?" tanya Nyonya Lola.
"Kehilangan mood dan ide, Ma. Tiba-tiba kehilangan ide di alinea pertama."
"Hmm...writer's block ya?"
"Tidak juga. Hanya kehilangan fokus dan ide. Biar saja tidak one day one article. Asalkan aku bisa memastikan Mama baik-baik saja di sini."
"Oh...Calvin."
Beberapa jam lamanya terlewati di villa mewah bercat putih itu. Tuan Calvin melampiaskan rindunya pada Nyonya Lola. Ia sadar sepenuhnya. Satu-satunya anggota keluarga yang masih dimilikinya hanyalah Nyonya Lola. Kecelakaan pesawat telah merenggut nyawa Cecilia, Caroline, dan Celine. Kanker hati memisahkan Tuan Calvin dari Papanya. Ia berjanji takkan menyia-nyiakan Nyonya Lola. Ingin sekali selalu ada untuk membahagiakan wanita berparas oriental yang sangat mirip dengan dirinya itu. Setelah berbagai cobaan menimpa Nyonya Lola, mana mungkin Tuan Calvin akan membiarkannya sendirian?
Sementara Nyonya Lola tak kalah bahagia. Bisa kembali di sisi anak tunggalnya. Menolongnya, mendampinginya, dan memberikan support. Cinta Nyonya Lola kini hanya untuk Tuan Calvin. Anaknya sakit, divonis mandul, dan membesarkan putri cantik yang sangat istimewa. Tentunya perlu dukungan dan kasih sayang.
"Bagaimana hasil check up yang terakhir, Calvin?" Nyonya Lola melontarkan pertanyaan yang sejak tadi tertahan di sudut hatinya.
"Mama benar-benar ingin tahu hasilnya?" Tuan Calvin balik bertanya. Sengaja mengulur waktu untuk menjawab.
"Of course...Mama berhak tahu. Mama selalu memikirkan dan mencemaskan keadaanmu, Sayang."
Sejenak Tuan Calvin terdiam. Bijakkah memberi tahu Mamanya tentang hasil check up terkini? Jangankan Nyonya Lola, Nyonya Calisa pun belum tahu.
Lalu, bagaimana hasil check up yang terakhir itu? Sudah terjadi metastasis ke organ tubuh yang lainkah?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H