Cukup sering Nyonya Lola menyanyikan lagu itu bersama putra kesayangannya. Mereka tak pernah bosan menyanyikannya. Konsisten, begitulah Tuan Calvin dan Nyonya Lola. Termasuk konsisten dalam menyukai sesuatu.
"Jangan biarkan istrimu terlalu lama menanti," Nyonya Lola tersenyum simpul.
"Calisa akan mengerti, Ma. Lagi pula, aku kasihan melihat Mama tinggal sendirian di sini." Tuan Calvin berujar penuh perhatian.
"Mama baik-baik saja, Sayang. Toh Mama masih bisa mengunjungimu setiap hari. Membantumu dan Calisa membesarkan Clara. Iya kan, Clara?" Nyonya Lola meraih tubuh Clara ke pangkuannya.
"Iya, Grandma Lola."
Tuan Calvin menatap lekat wajah Mamanya. Nyonya Lola tak banyak berubah. Tetap cantik, anggun, keibuan, dan penuh kasih sayang. Usia yang bertambah tidak memudarkan kecantikannya. Banyaknya cobaan hidup tak meredupkan aura pesonanya. Soal paras rupawan ini pun diwarisi Tuan Calvin dari Nyonya Lola.
"Tumben kamu tidak one day one article. Kenapa, Sayang?" tanya Nyonya Lola.
"Kehilangan mood dan ide, Ma. Tiba-tiba kehilangan ide di alinea pertama."
"Hmm...writer's block ya?"
"Tidak juga. Hanya kehilangan fokus dan ide. Biar saja tidak one day one article. Asalkan aku bisa memastikan Mama baik-baik saja di sini."
"Oh...Calvin."