"Tidak apa-apa. Saya senang bisa membantu."
Wanita berwajah manis itu tak lain Chantika. Meski tersenyum, masih tersisa gurat kesedihan dan keletihan di wajahnya. Tuan Calvin dapat melihat itu.
"Well, cafenya bagus. Ini milikmu, kan? Begitu kata Septian." Chantika mengedarkan pandang ke sekeliling cafe. Mengagumi cafe berinterior cantik itu.
"Iya. Project bisnis sampingan bersama istri saya."
Ditemani strawberry shortcake dan avocado juice, mereka mulai bicara. Ternyata masalahnya cukup kompleks. Selama ini, Septian merahasiakan dari Chantika jika dirinya mandul. Semula Chantika marah, kecewa, dan tak bisa menerima kenyataan. Namun ada permasalahan yang jauh lebih kompleks lagi.
"Saya pun menyembunyikan sesuatu dari Septian..." ungkapnya perlahan.
"Apa yang kamu sembunyikan?"
Chantika menarik nafas sejenak. Entah menguatkan hati, entah berkompromi dengan kelenjar air matanya agar tidak berproduksi.
"Kondisi saya tidak memungkinkan untuk melahirkan."
Tuan Calvin berhasil menyembunyikan kekagetannya. Ekspresi wajahnya tetap tenang. Ia pandai menguasai diri.
"Boleh saya tahu apa penyebabnya?"