Di teras cafe, langkah seseorang terhenti. Dapat tertangkap oleh indera penglihatannya sosok mungil yang ia rindukan. Dialah Syarif, ayah kandung Clara. Ayah yang sebenarnya memiliki hak untuk bersama Clara.
"Clara?" desis Syarif tak percaya. Barang-barang bekas di tangannya berjatuhan.
Ingin rasanya ia berlari ke dalam cafe dan memeluk putrinya. Merebut Clara dari tangan Tuan Calvin. Sayang sekali, Syarif tak berdaya. Kekuasaan Tuan Calvin terlalu besar.
Ia hanya bisa memperhatikan Clara dari kejauhan. Menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Hanya di sinilah posisinya. Tak bisa dekat lagi. Terbatas tembok tinggi materi dan kekuasaan.
"Clara anakku...Ayah sayang sekali sama Clara. Meski keadaan Ayah terbatas, meski Ayah terhalang untuk bertemu denganmu, tapi cinta Ayah untukmu tanpa batas dan tak ternilai." lirih Syarif, terisak tertahan.
Perihnya hati seorang ayah yang terpisah dari anak kandungnya sendiri. Hanya penyesalan yang membekas di ruang hampa hatinya. Andai saja dulu ia tak menyerahkan Clara pada Tuan Calvin. Semuanya takkan begini. Tapi, apa jadinya bila Clara tinggal bersamanya? Apa yang bisa diberikannya untuk Clara? Syarif bukanlah pria tampan dan kaya seperti Calvin Wan. Ia tidak bisa memberi apa-apa kecuali cinta tanpa batas untuk Clara.
** Â Â Â
https://www.youtube.com/watch?v=yIzk6bX6zJY
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H