Kembali soal Mama saya. Apakah orang-orang yang meminta bantuan akan datang juga saat Mama terkena masalah? Apakah mereka seperti teman-teman saya yang hanya akan datang bila memerlukan sesuatu? Kasihan sekali Mama saya bila itu terjadi.
Kisah di atas membangkitkan pertanyaan reflektif di hati saya: bagaimana agar kebaikan kita tidak disalahgunakan? Berbuat baik pada orang lain sangat dianjurkan. Namun kebaikan yang berlebihan bisa mengundang pihak-pihak licik dan tak bertanggung jawab untuk memanfaatkannya.
Bahagia rasanya saat kita dapat membantu orang lain. Tapi, bagaimana perasaan kita saat diri kita hanya dimanfaatkan orang lain? Menyakitkan, bukan?
Orang baik bukan untuk dimanfaatkan. Melainkan untuk diteladani kebaikannya. Hubungan apa pun, khususnya hubungan pertemanan, takkan sehat bila salah satu pihak hanya memanfaatkan pihak lainnya. Jadi orang baik harus, tapi jadi orang baik yang selektif wajib. Jagalah diri kita dari orang-orang yang menyalahgunakan kebaikan hati kita.
Ada beberapa langkah untuk mengatasi situasi berat sebelah ini.
- Bersikap tegas. Sering kali kita sulit bersikap tegas pada orang lain. Sikap terlalu lembut inilah yang membuat orang lain mudah memanfaatkan kita. Dalam pandangan mereka, kita adalah orang yang mudah dimanfaatkan tanpa perlu ditakuti. Mulai sekarang, cobalah bersikap tegas. Gunanya untuk menciptakan rasa segan dan takut di hati orang yang sering menyalahgunakan kebaikan hati kita. So, dia perlu berpikir ratusan kali sebelum memanfaatkan kita lagi.
- Lakukan tes. Jangan lakukan ini buru-buru. Pelan-pelan saja, biar waktu dan tes kita yang mengungkap sisi lain dia yang sebenarnya. Dengan melakukan tes itu, sifat asli seseorang dapat terbongkar. Kita akan tahu apa motif sebenarnya dia berhubungan dengan kita. Usahakan dia tidak tahu kalau kita sedang mengetesnya. Buatlah situasi seolah tidak terjadi apa-apa. Bila dia tahu kita sedang mengetesnya, dia akan merasa tidak aman. Bahkan melakukan kepura-puraan dan bersikap munafik agar mendapat nilai plus di mata kita.
- Evaluasi. Setelah melakukan tes, kita tahu poin-poin baik dan buruk dalam dirinya. Saat itulah kita lakukan evaluasi. Jelaskan padanya pelan-pelan. Jangan buat dia tersinggung. Berilah penilaian secara adil. Evaluasi itu akan membuat dia menyadari kesalahannya.
- Bicarakan dari hati ke hati. Nah, ini kunci utamanya. Tes dan evaluasi sudah dilakukan. Kemudian, ajaklah dia bicara dari hati ke hati. Tanyakan alasannya sering menyalahgunakan kebaikan kita. Mungkin saja dia terpaksa memanfaatkan kita, atau dalam kondisi terdesak. Dengarkan alasannya, jangan menghakimi atau menyudutkan. Jelaskan padanya prinsip take and give dalam suatu hubungan. Masing-masing pihak harus saling memberi dan menerima. Bukan satu pihak yang terus memberi dan pihak lainnya menerima. Prinsip take and give yang dijalankan dengan baik akan menghasilkan hubungan yang sehat. Berilah dia pengertian sampai dia benar-benar paham konsep keseimbangan dalam suatu hubungan.
- Berdoa meminta pertolongan Tuhan. Cobalah perhatikan perubahannya setelah kita ajak bicara. Apakah dia berubah ke arah positif atau justru sebaliknya? Bila dia masih saja menyalahgunakan kebaikan hati kita dan mengulang kesalahan yang sama, berdoalah pada Tuhan. Mintalah pertolongan-Nya untuk menyadarkan dia. Serahkan dia yang bermasalah itu untuk dibimbing dan diberi petunjuk oleh Tuhan.
Kompasianer, siapkah mencegah kebaikan hati kalian disalahgunakan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H