Chelsea adalah putri tunggal Albert. Ia bahagia dengan posisinya. Chelsea tumbuh menjadi gadis yang cantik, mandiri, multitalenta, pintar, baik hati, dan berprestasi. Selain itu, ia sangat perhatian pada ayahnya. Ketika Albert didiagnosis mengidap Sirosis dan harus dioperasi, Chelsea memberikan seluruh waktu dan perhatiannya untuk Albert. Albert adalah sosok sempurna di mata Chelsea. Chelsea mengidolakan dan menyayangi ayahnya. Jika ia menikah nanti, ia ingin memiliki pendamping hidup seperti Albert.
 Di sisi lain, Albert sangat menyayangi Chelsea. Ia sadar kalau Chelsea tipe anak manja dan pencemburu. Buktinya, Chelsea melarang Albert menikah lagi. Namun kemanjaan dan kecemburuannya masih dalam batas wajar.
Secara finansial, kehidupan Chelsea lebih dari cukup. Ia tak pernah kekurangan materi dari ayahnya. Begitu pula dalam hal kasih sayang. Ia mendapatkan kasih sayang dan perhatian penuh dari Albert tanpa terbagi.
Sampai akhirnya Chelsea menikah, ia berniat memiliki satu anak. Ia ingin mencontohkan pola asuh seperti yang selama ini dilakukan Albert padanya.
Corry anak kelima dari enam bersaudara. Ia merasakan orang tuanya begitu pilih kasih. Corry sering dibanding-bandingkan dengan saudara-saudaranya. Sekeras apa pun Corry berusaha menjadi yang terbaik, tetap saja ia mengalami diskriminasi di keluarganya sendiri. Sering kali ia iri pada kehidupan Chelsea.
Hal lain yang membuat Corry kecewa adalah seringnya konflik antarsaudara kandung. Hidupnya menjadi tidak tenang. Corry kekurangan perhatian dan kasih sayang. Tidak ada yang mengerti dan memperhatikan dirinya.
Sebelum menikah, Corry mengajukan satu syarat pada calon suaminya. Ia hanya ingin punya anak tunggal. Calon suaminya menyetujui syarat itu. Mereka pun menikah dan memiliki satu anak. Corry membuktikan bahwa ia bisa berbahagia seperti Chelsea dengan memiliki anak tunggal.
Di sini, saya menulis dari sudut pandang anak. Bukan dari sudut pandang orang tua. Sebab saya belum jadi orang tua. Dua ilustrasi di atas pun saya lihat dari sudut pandang anak.
Di zaman dulu, keluarga yang mempunyai banyak anak dianggap lebih baik. Mulai dari tiga, lima, tujuh, sembilan, bahkan dua belas anak. Anggapan banyak anak banyak rezeki dianggap yang paling baik.
Namun, anggapan itu telah luntur seiring dengan kecanggihan teknologi dan kenaikan standar hidup. Pria dan wanita yang ingin memiliki satu anak dianggap normal. Anak tunggal dalam keluarga sudah dianggap ideal.
Anak tunggal lekat dengan stereotip negatif. Antara lain manja, egois, pencemburu, selalu ingin diperhatikan, dan kesepian. Apakah selamanya akan tetap begitu?
Jawabannya: tidak. Anak tunggal tak selamanya harus disandingkan dengan image negatif. Mari kita cermati dari sudut pandang berbeda.
Sejak kecil, anak tunggal terbiasa hidup sendiri. Ia tidak punya saudara kandung maupun saudara angkat. Praktis, ia dituntut untuk mandiri. Ia tidak punya teman curhat di rumah, tidak bisa meminta bantuan pada saudaranya saat ada problem. Anak tunggal diajarkan menyelesaikan permasalahannya sendiri. Mereka terbiasa mengerjakan segala sesuatunya sendiri.
Anak tunggal adalah satu-satunya harapan dalam keluarga. Merekalah kebanggaan orang tua, buah hati orang tua yang paling istimewa, dan anak satu-satunya yang bisa diharapkan. Dengan demikian, mereka akan berusaha menjadi yang terbaik. Anak tunggal akan memberikan yang terbaik untuk orang tuanya. Entah itu berupa prestasi, penghargaan di suatu bidang, karier yang sukses, dll. Anak tunggal terpacu untuk sukses demi menaikkan reputasi keluarganya.
Lantaran satu-satunya yang bisa diharapkan orang tua, anak tunggal pun menjadi sangat care pada orang tuanya. Saat orang tua sakit, mereka yang paling khawatir. Mereka yang mengorbankan seluruh waktu dan tenaganya untuk merawat orang tua. Begitu pula soal jodoh. Mereka selalu meminta pertimbangan orang tua tentang pilihan mereka. Orang tua dari anak tunggal tahu siapa sosok yang dicintai dan disukai anak semata wayangnya.
Selain perhatian pada orang tua, anak tunggal bisa menjadi pribadi yang dewasa dan bertanggung jawab. Terbiasa hidup sendiri tanpa saudara, mereka diajarkan bertanggung jawab pada keluarga. Mereka juga mampu bersikap dan berpikiran dewasa. Mengatasi berbagai problem dengan kedewasaan, mengatasi kesepian dan kesendirian dengan sikap dewasa.
Sendirian di tengah keluarga itulah yang membuat anak tunggal menjadi pendengar yang baik dan bisa diajak berbagi. Di rumah, mereka tidak bisa mendengarkan keluhan dari saudara. Sebab itulah mereka bisa menjadi pendengar yang baik untuk orang lain. Mereka cukup sabar dan pengertian saat mendengarkan keluh kesah orang lain. Anak tunggal memiliki empati yang tinggi untuk mendengarkan, memahami, dan berbagi pada orang lain. Di rumah mereka tidak bisa berbagi, penyaluran mereka untuk berbagi adalah di luar rumah dan di luar lingkungan keluarga. Hati mereka lembut, perasaan mereka halus, dan jiwa sosial mereka tinggi. Keliru jika ada yang menyematkan stereotip keras kepala, keras hati, dan tidak peka pada anak tunggal.
Sebab tidak punya saudara, anak tunggal akan lebih terbuka pada orang lain di luar keluarga. Mereka bukan hanya pendengar yang baik, tetapi juga menjadi pribadi yang ekstrovert. Mereka bisa menjadi teman yang menyenangkan, sahabat yang baik, pasangan hidup yang ideal, dan orang tua yang penyayang.
Anak tunggal akan merasa aman secara finansial dan afeksi. Orang tua bisa fokus mencurahkan budgetnya untuk membiayai dan memenuhi kebutuhan anak tunggal. Perhatian orang tua tidak akan terbagi. Anak tunggal juga terhindar dari perasaan diskriminatif dan konflik antarsaudara.
Hal-hal unik yang dimiliki pada anak tunggal antara lain:
1. Mudah luluh
Kesepian dan tidak adanya perhatian dari saudara membuat anak tunggal senang mendapatkan perhatian. Orang-orang lain yang perhatian pada mereka pasti mampu meluluhkan hati anak tunggal. Sejatinya, anak tunggal hanya ingin dimengerti, didengarkan, dan dipahami. Sekali anak tunggal mempercayai seseorang karena perhatian dan ketulusannya, anak tunggal akan sangat percaya. So, jangan menyalahgunakan kepercayaan dan mematahkan hati mereka.
2. Pemberani dan menyukai tantangan
Anak tunggal senang mencoba hal baru dan mengunjungi tempat-tempat yang belum pernah mereka kunjungi. Rata-rata anak tunggal menyukai petualangan. Mereka tidak takut dengan hal baru, menyukai tantangan, dan punya kemauan kuat untuk menaklukkan sesuatu. Mereka tidak suka menghabiskan waktu hanya berdiam diri di rumah. Jalan-jalan, wisata kuliner, dan mencoba sesuatu yang baru adalah hal-hal yang mereka sukai.
3. Orang tua protektif
Hal ini wajar. Mengingat mereka adalah satu-satunya anak dalam keluarga. Orang tua dengan perhatian ekstra dan sikap protektif menjadikan anak tunggal merasa terlindungi. Mereka aman saat bepergian jauh karena ditemani orang tua. Bahkan orang tua sulit mempercayakan anak mereka pada orang lain. Hanya orang-orang tertentu yang bisa dipercaya oleh orang tua untuk mengajak anak tunggal mereka bepergian. Lebih baik orang tua yang protektif dari pada orang tua yang tidak peduli, kan?
4. Alim
Anak tunggal tidak akan melakukan kenakalan dan berbuat macam-macam. Itu semua demi menjaga nama baik keluarga. Sebaliknya, mereka akan berusaha membuat orang tuanya bangga. Mereka akan menjadi yang terbaik di mata orang tua.
5. Manja? Tapi...penyayang
Anak tunggal menjadi manja karena perhatian lebih yang diberikan keluarganya. Mereka senang dipuji, diperhatikan, disayangi, dipeluk, dan diberi sentuhan kasih sayang lainnya. Anak tunggal akan memperlihatkan kemanjaannya di depan orang-orang terdekat. Misalnya keluarga, sahabat, teman-teman dekat, dan orang yang dicintai. Manja adalah sifat natural mereka. Di balik sifat manja mereka, tersimpan jiwa penyayang. Mereka mudah menyayangi orang lain. Mereka cepat akrab dengan orang lain. Mereka pun tipe anak yang perhatian.
Saya saja ingin punya anak tunggal jika sudah dewasa, bagaimana dengan para Kompasianer?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H