Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Telah Terikat Janji

14 Januari 2017   07:28 Diperbarui: 14 Januari 2017   08:10 1018
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

hadirmu hanya sekilas di hidupku

namum meninggalkan luka

tak terhapus oleh waktu (Maudy Ayunda-Bayangkan Rasakan).

**    

Seharusnya ini waktu silentium. Sayangnya, pemuda satu itu justru mengancam keheningan dalam biara dengan memainkan piano.

Usai completorium atau ibadat penutup, pikirannya kembali resah. Resah yang berpadu dengan sedih. Mengapa anak cantik itu tidak mencari soulmate yang lain saja? Mengapa jiwa anak itu harus terpaut dengan jiwanya?

Pemuda tampan itu mengingat awal perkenalan mereka. Ia tahu, gadis itu awalnya tertarik karena namanya. Namanya sama seperti nama kepingan masa lalunya. Albert Fast dan Albert Arif telah memasuki kehidupan si gadis. Gadis itu banyak bercerita tentang sosok Albert Fast. Sebaliknya, ia banyak bercerita tentang kehidupan membiara dan relasi dengan Tuhan. Sampai akhirnya, gadis itu tahu satu hal dan bertekad membantunya.

Ketika gadis itu pernah dizhalimi mantan kaum berjubah, ia mengerti. Memahami bagaimana sakitnya. Rupanya ia juga memiliki rasa yang sama. Ia tak ingin gadis itu disakiti siapa-siapa lagi.

Meski rasa itu tumbuh di dua hati yang sama, mereka tak bisa bersatu. Kaul kemurnian yang menghalangi. Ia sudah punya janji dengan Tuhan untuk melayani-Nya seumur hidup. Ia sudah berjanji untuk tidak menduakan Tuhan dengan yang lainnya.

Bukan hanya itu...

“Ya Tuhan, sakit sekali...”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun