Sementara itu, Albert menyaksikan kebolehan putri tunggalnya dengan bangga. Anak itu memang berbakat. Seluruh beban hidupnya terlepas melihat Chelsea bergerak dengan begitu menawan. Ia tak lagi merasa sedih pasca penghapusan namanya dari daftar ahli waris keluarga. Chelsea sumber kebahagiaan terbesarnya. Chelsea yang membuatnya mampu menjalani hidup dengan senyuman.
Usai fashion show, dua anak laki-laki bergegas menghampiri Chelsea. Mereka bergerak cepat menggandeng tangan gadis kecil itu, bahkan sebelum Albert menghampirinya. Albert tersenyum kecil, membiarkan Chelsea dengan dua anak laki-laki yang cukup tampan itu.
“Tuh kan, Chelsea pasti bisa!” kata Keanu bangga.
“Chelsea hebat. Nanti gantian ya. Pas aku sama Keanu tanding basket, Chelsea dateng juga.” Timpal anak satunya. Tersenyum memperlihatkan lesung pipinya.
“Okey. Keanu, Arif, tunggu bentar ya. Chelsea mau ketemu Ayah dulu. Nanti Chelsea kenalin.”
Dengan kata-kata itu, Chelsea bergegas menghampiri ayahnya. Refleks Albert merangkul hangat tubuh Chelsea.
“Congrates, Dear. Chelsea keren banget tadi. Oh ya, siapa mereka?” Albert melemparkan pujian dan pertanyaan.
“Mereka sahabat-sahabat Chelsea. Yang tinggi dan wajahnya oval itu Keanu. Yang ada lesung pipinya...namanya sama kayak nama belakang Ayah. Arif.” Chelsea menyahut ceria.
“Wow, namanya sama. Kenalin sama Ayah ya?”
Chelsea menarik tangan sang ayah. Mengajaknya berkenalan dengan dua sahabatnya.
**