Biar musim berganti
Radio cerahkan hidupnya
Jika hingga mati
Menemukan hatinya
Menemukan hatinya
Menemukan hatinya lagi
Sejak kecil saya suka mendengarkan radio. Bahkan di rumah saya masih tersimpan pesawat radio konvensional berukuran cukup besar. Selain saya, penyuka radio di keluarga adalah Papa, kedua kakak, dan almarhumah Eyang Putri.
Kesukaan saya mendengarkan radio membawa saya mencari dan bertemu langsung dengan para penyiar radio favorit saya. Sejak mendengarkan radio, saya jadi suka berbicara dan mempraktikkan cara penyiar membawakan programnya. Saya paling suka berlatih di kamar dan di depan cermin. Kejadiannya waktu saya kelas 5 SD.
Hobi baru saya itu tak luput dari perhatian Mama. Bukan Mama namanya jika tidak memperhatikan perkembangan dan memfasilitasi anaknya. Maka Mama mengontak penyiar radio ternama di kota kelahiran saya dan meminta si penyiar memberikan private course pada saya tentang dunia broadcasting dan public speaking. Mulailah si penyiar idola saya itu memberikan ilmunya tiap Sabtu dan Minggu.
Saya masih ingat, dia trainer pertama yang memperkenalkan pada saya tentang public speaking dan dunia radio. Tepat ketika saya berusia 10 tahun. Om Ferdi, begitu saya memanggilnya, menyisihkan waktunya di akhir pekan untuk datang ke rumah dan mengajari saya. Awalnya diberikan teori, lalu selanjutnya praktik.
Setelah beberapa bulan belajar, saya mencoba bersiaran di radio milik pemerintah daerah di kota kelahiran saya. Ketika itu saya membawakan program anak-anak berdurasi satu jam tiap Minggu pagi. Dalam program itu, saya bersama penyiar senior berbagi tips, cerita, dan berinteraksi langsung dengan pendengar.