Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wanita Hanya Bisa Menunggu

13 November 2016   09:19 Diperbarui: 13 November 2016   10:02 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Intuisiku selalu mengarah kepadamu

Tapi tak jua

Tapi tak jua

Tapi tak jua

Kauhiraukan aku (Yura Yunita-Intuisi).

Lirik lagu di atas nampaknya sesuai untuk para wanita yang tengah menunggu kesadaran atau kepastian dari pria yang dicintainya. Menunggu adalah perjuangan bagi wanita. Wanita tak akan pernah bisa memulai duluan. Wanita pun tidak akan bisa meminta, membujuk, atau mendesak sang pria. Ia hanya bisa berada di posisinya dan terus menunggu.

Ada kasus unik yang dialami seorang wanita. Wanita itu sangat sulit jatuh cinta. Namun sekalinya benar-benar jatuh cinta, ia akan melakukan apa pun demi pria yang dicintainya. Wanita itu berkorban waktu demi pria itu. Wanita itu mencuri waktu rapatnya di organisasi kampus pada suatu Bulan Agustus agar bisa menelepon pria tampan pujaan hatinya di rumah asramanya hanya lima menit. Beberapa kali, wanita itu membatalkan agenda pentingnya agar bisa membantu pria itu sembuh dari penyakitnya dengan beberapa teknik terapi. Saat si pria rapuh dan jatuh sakit, wanita itu mengulurkan tangan untuk membantunya. Di saat pria itu sendirian dalam keterpurukan, wanita itu yang selalu ada untuknya. Wanita itu tak pernah lelah mensupport dan mencurahinya perhatian.

Tiap hari, selalu saja wanita itu menanti kabar dari sang permata hati. Menerka-nerka apa yang sedang dilakukannya. Berharap pria itu juga merindukannya. Mengontak pria itu di sela aktivitasnya. Sesibuk apa pun, si wanita tak pernah melupakan prianya. Tiap malam, ia selalu menunggu dan menunggu sang pria mengontaknya. Satu-dua jam waktu tidurnya tersita demi menunggu pria itu, ia sering waswas bila pria itu tiba-tiba sakit, terluka, atau membutuhkannya. Ia bercerita tentang pria itu dengan bangga di depan teman-teman dan keluarga dekatnya. Ia membanggakan pria itu dan mencintai si pria dengan caranya sendiri. Nama pria itu selalu ada dalam doa-doanya, di samping nama anggota keluarga dan orang-orang terdekatnya. Wanita itu konsisten menyebut nama sang pria dalam tulisan dan bukunya, meski pria itu hanya pernah satu kali menyebut namanya.

Pada Bulan Oktober yang suram dan berhujan, wanita itu akhirnya mengunjungi prianya. Sebelum pergi, ia menyempatkan membuat fruit pie spesial untuk pria itu dengan tangannya sendiri. Baru pertama kali ia memasakkan sesuatu untuk seorang pria. Sebelumnya ia tak pernah melakukannya. Meski pada akhirnya, pai buah itu hancur dan ia tidak jadi memberikannya karena takut mengecewakan sang pria. Enam belas jam menempuh perjalanan, melewati dua provinsi, mengesampingkan jadwal kegiatan lainnya. Sempat bergulat dengan dilema setiba di depan rumah asrama itu, mempertanyakan keputusannya. Bertemu dengan pimpinan rumah studi itu dan merasakan ketegangan sesaat. Menjumpai pria tampan itu. Menatap lekat sepasang mata teduhnya. Merasakan dingin dari kedua tangannya. Berpelukan erat dengannya. Mendengar suara barithon-nya yang lembut menenangkan. Memastikan pria itu sehat dan baik-baik saja. Membantu pria itu lepas dari penyakit dan traumanya.

Keesokan harinya, beberapa jam sebelum meninggalkan kota apel tempat tinggal si pria itu, wanita itu ingin bertemu dengannya. Namun tidak bisa. Meneleponnya pun tidak bisa. Frustasi, wanita itu mengirimkan surat. Ia kembali ke kota Paris van Java dengan gelisah. Takut terjadi sesuatu pada pria itu.

Waktu terus berlalu. Si wanita masih berkomunikasi dengan prianya, meski tak lancar. Semuanya tidak berubah. Wanita itu terus mencurahinya perhatian tanpa pria itu memintanya. Wanita itu selalu ada dan terus membantunya meski pria itu mengatakan ia punya Tuhan dan para pembimbing rohani yang akan membantu menyembuhkannya. Wanita itu memahami dan mengerti kondisi prianya. Namun, apa yang dikatakan sang pria?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun