Mohon tunggu...
Latifah Ayu Kusuma
Latifah Ayu Kusuma Mohon Tunggu... Lainnya - Copywriter

Local Traveller

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sound of Borobudur, Gerbang Menuju Sustainable Tourism Unggulan Jawa Tengah

4 Juli 2021   12:53 Diperbarui: 4 Juli 2021   12:57 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Trie Utami (dalam soundofborobudur.org), alat musik yang dibuat ulang melalui proses panjang. Tiga buah dawai pertama selesai dibuat tahun 2016, sementara alat musik lainnya "rampung" tahun 2018. 17 alat musik tersebut dibuat oleh Luthier profesional sehingga hasil karyanya berkualitas.

Trie Utami (tangkapan layar Sound of Borobudur)
Trie Utami (tangkapan layar Sound of Borobudur)
Ada yang unik dari proses pembuatan alat musik tertentu. Misalnya alat musik yang berbahan dasar gerabah, pengerjaannya terbilang lama. Pembuatnya harus mencari ketebalan yang pas agar kepantasan bunyi dan tonalnya pas. Jika dinding gerabah terlalu tipis bisa pecah saat dibakar. Sebaliknya, jika dinding gerabah terlalu tebal juga belum tentu pas.

Purwa Tjaraka, pengampu utama Yayasan Padma Sada Svargantara hadir secara virtual dalam international conference Sound of Borobudur.

Pak Purwa menjelaskan bahwa kompleksitas musik berhubungan erat dengan tinggi rendahnya peradaban suatu bangsa. Jadi proses pembuatan ulang alat musik yang kompleks mengindikasikan bahwa peradaban bangsa kita cukup maju.

Sound of Borobudur diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Kegiatan serupa juga digelar di empat destinasi super prioritas, yaitu Danau Toba, Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupang. Harapannya, pengembangan destinasi wisata dapat menambah daya tarik dan standar kelas dunia.

Konferensi internasional Borobudur bertujuan menemukan rumusan ilmiah dan inovatif untuk menghidupkan kembali jejak persaudaraan lintas bangsa. Oleh karena itu, konferensi internasional ini menghadirkan narasumber yang berpengalaman di bidang musik, etnomusikologi, pariwisata, dan seni budaya.

Sandiaga Uno (tangkapan layar Sound of Borobudur)
Sandiaga Uno (tangkapan layar Sound of Borobudur)
Paparan pertama disampaikan oleh Prof. Emerita Margaret Joy Kartomi AM, FAHA, Dr. Phil. Prof Margaret memaparkan aspek etnomusikologi yang diharapkan dapat menunjukkan jejak sejarah masa lampau mengenai hubungan antar bangsa melalui musik, khususnya terkait relief alat musik dalam candi Borobudur.

Pesan yang disampaikan oleh Prof Margaret sesuai dengan fakta bahwa ada kemiripan bentuk alat musik yang tergambar dalam relief candi Borobudur dengan alat musik yang dimainkan lebih dari 40 negara.

Alat musik sebagai pemersatu bangsa dikuatkan oleh pernyataan Addie MS yang sudah lama berkiprah dalam dunia seni musik. Menurut Addie, kita sekarang hidup di zaman yang mudah terpisah. Baik terpisah karena perbedaan pendapat maupun perbedaan kepentingan. Addie sendiri sudah membuktikan betapa musik adalah jembatan andalan untuk mencairkan hubungan antar manusia atau antar bangsa.

Addie MS (tangkapan layar Sound of Borobudur)
Addie MS (tangkapan layar Sound of Borobudur)
Addie menuturkan kisah Philadelphia Orchestra yang menggelar konser di Beijing tahun 1973 saat hubungan kedua negara sedang kurang baik. Tak disangka, konser tersebut berjalan lancar dan justru membawa kedamaian.

Prof. DR. M. Baiquni dari Universitas Gadjah Mada memberi paparan tentang sustainable tourism di kawasan candi Borobudur. Sustainable tourism merupakan wisata yang memperhatikan dampak terhadap lingkungan, ekonomi, sosial, budaya masa sekarang dan akan datang, baik bagi  wisatawan maupun masyarakat sekitar destinasi wisata. Candi Borobudur diharapkan dapat memberi manfaat luas bagi wisatawan (edukasi dan refreshing) dan masyarakat (UMKM dan lapangan kerja).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun