Mohon tunggu...
Latifah Hardiyatni
Latifah Hardiyatni Mohon Tunggu... Buruh - Buruh harian lepas

Latifah, seorang wanita penyuka membaca dan menulis sederhana

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Terlahir dari Selembar Rahim

8 April 2023   07:56 Diperbarui: 8 April 2023   11:02 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Aku meneguk ludah dengan susah payah. Wajah penuh lumpur, kalimat-kalimat yang menyerupai sulur-sulur rambut basah terkena hujan, dan tangan itu mendekap tubuhnya sendiri. Ah, benar-benar sial. Apakah lelaki sejati membiarkan sehelai kertas menggigil di bawah hujan? Bisa mati dia.

"Aku bisa memberimu anak. Bukankah itu yang kamu inginkan kali ini? Seharian pikiranmu tak jelas mencari benih-benih anak yang bisa kau lahirkan esok. Lihatlah, sampai wajah dan tubuhmu begitu dekil."

Aku menatap tubuhku. Ya! Yang dia katakan memang benar. Apakah kini aku harus membawanya pulang? Menghabiskan malam bersama setelah aku mengeringkan tubuhnya?

"Semoga saja apa yang kamu katakan benar."

Kertas itu tersenyum kegirangan. Entah mengapa aku merasakan desiran aneh yang telah lama tak pernah kurasakan. Aku ingat betul perasaan ini perlahan hilang setelah aku ditinggalkan oleh wanita pujaanku bersama sebuah cincin yang dulu menghiasi jemarinya.

Kami tiba setelah berjalan kurang lebih lima menit. Aku bergegas meletakkan tas yang agak basah pada gantungan. Lalu, membawa dia, si cantik yang baru saja kutemui ke atas ranjang.

Aku ingat ada sebuah hair dryer usang di lemari bawah. Benda kecil itu akan mengeringkan sulur-sulur rambutnya yang basah.

"Kamu terlihat semakin cantik. Aku akan membersihkan diri. Kamu bisa beristirahat terlebih dahulu."

Tanpa menunggu jawaban dari dia, aku berlalu ke kamar mandi. Jika saja aku berdiam diri lebih lama lagi mungkin aku akan terhipnotis dengan sorot matanya.

Aku menyugar rambut yang basah setelah selesai mandi. Secangkir teh akan terasa nikmat untuk dinikmati bersama dia. Atau kopi? Biar mata terus terjaga.

Selembar kertas itu duduk dengan anggun di atas ranjang. Dia tersenyum manis dengan kedipan mata yang menggoda. Membuat tanganku sedikit lemas hingga cangkir dalam genggaman goyah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun